Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SHALAT SEBAGAI PENENANG JIWA YANG RESAH

SHALAT SEBAGAI PENENANG JIWA YANG RESAH

 Di antara perintah utama bagi manusia di bumi ini adalah beribadah kepadanya. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

 Artinya:"Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku:"(QS Adz-Dzariyat :56).

 Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata ibadah memiliki makna perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah SWT yang didasari ketaatan mengerjakan perintahnya dan menjauhi laranganya. Di antara ibadah yang identik menunjukkan kebaktian umat Islam pada Allah SWT adalah ibadah shalat.

 Shalat merupakan rukun Islam yang wajib dikerjakan dan jika ditinggalkan, maka keislaman seseorang patut untuk dipertanyakan. Selain ibadah yang sering disebut sebagai tiang agama, shalat merupakan ibadah yang memiliki banyak fungsi dan manfaat. Bukan hanya dari dimensi spiritual atau ruhani saja, shalat juga memiliki manfaat dari dimensi jasmani dan psikologi.

 Dalam hiruk-pikuk kehidupan sehari-hari, seringkali kita terjebak dalam rutinitas yang menyita perhatian dan ketenangan batin. Banyak permasalahan yang dihadapi yang terkadang memberikan tekanan berat bagi mental kita. Shalat mampu menjadi media berkomunikasi langsung dengan Sang Pencipta dengan melibatkan hati dan jiwa dalam setiap gerakannya. Dengan menyadari fungsi ini, maka hati dan jiwa kita akan menjadi tenang dan tingkat tawakal kita akan semakin tinggi. Dengan hal ini maka beban yang membuat hati kita galau bisa 'dicurhatkan' pada Yang Kuasa.

 Dengan tawakal, kita akan semakin yakin bahwa semua masalah dan beban dari Allah dan Dialah Dzat yang Maha Kuasa yang akan menyelesaikan apa yang menjadi beban berat dalam hidup kita. Sikap tawakal pun mampu menjadi indikator kualitas keimanan kita. Allah SWT berfirman:

وَعَلَى اللّٰهِ فَتَوَكَّلُوْٓا اِنْ كُنْتُمْ مُّؤْمِنِيْنَ

 Artinya:"Bertawakallah hanya kepada Allah, jika kamu orang-orang yang beriman:"(QS Al-Maidah :23).

 Dengan tenangnya jiwa dan hati sebagai buah dari kualitas shalat yang baik, maka kita dapat lebih tenang dalam menghadapi beban masalah dalam kehidupan. Kita akan semakin yakin bahwa Allah senantiasa bersama kita dan tidak akan memberikan beban yang kita tidak sanggup untuk memikulnya. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَاۗ لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْۗ

 Artinya:"Allah tidak membebani seseorang, kecuali menurut kesanggupannya.Baginya ada sesuatu (pahala) dari (kebajikan) yang diusahakannya dan terhadapnya ada (pula) sesuatu (siksa) atas (kejahatan) yang diperbuatnya:"(QS Al Baqarah :286).

 Dari hal ini kita bisa memahami bahwa shalat akan memunculkan sikap kepasrahan diri yang bermuara pada tenangnya hati dan jiwa. Hadits Rasulullah dari Abu Umamah pernah meriwayatkan:

 إِنَّ أَغْبَطَ أَوْلِيَائِي عِنْدِي لَمُؤْمِنٌ خَفِيفُ الْحَاذِ ذُو حَظٍّ مِنْ الصَّلَاةِ أَحْسَنَ عِبَادَةَ رَبِّهِ وَأَطَاعَهُ فِي السِّرِّ وَكَانَ غَامِضًا فِي النَّاسِ لَا يُشَارُ إِلَيْهِ بِالْأَصَابِعِ وَكَانَ رِزْقُهُ كَفَافًا فَصَبَرَ عَلَى ذَلِكَ

 Artinya:"Sesungguhnya wali-wali yang terbaik menurutku adalah orang beriman yang ringan kondisinya, memiliki nasib yang baik dari shalat, menyembah Rabbnya dengan baik, mentaatinya saat sepi, tidak dikenali orang dan tidak ditunjuk (orang-orang) dengan jari (sebab terkenal), rejekinya pas-pasan kemudian ia bersabar atas kondisinya:"(HR Tirmidzi).

 Dalam Kitab Tuhfah al-Ahwadzi disebutkan bahwa kata-kata ‘dzu hazzhin minash shalah' dalam hadits tersebut sebagai orang-orang yang menjadikan shalat sebagai aktivitas yang menenangkan dan mengistirahatkan jiwa. Ketika shalat ia merasa diawasi dan menyaksikan kebesaran Allah sehingga shalatnya khusyuk.

 Di antara upaya untuk menjadikan shalat khusyuk dan mampu mendatangkan ketenangan hati dan jiwa, kita perlu terus melatih diri untuk meningkatkan kualitas shalat. Menurut al-Ghazali, cara yang paling ampuh untuk meraih kekhusyukan shalat adalah menyingkirkan perkara-perkara yang mengganggu perhatian hati. Namun, perkara-perkara yang mengganggu itu tidak mungkin disingkirkan kecuali dengan menyingkirkan sebab-sebabnya, baik sebab yang datang dari luar maupun yang datang dari  dalam diri kita.

 Oleh karena itu sangat penting bagi kita untuk mempersiapkan diri dengan baik sebelum melaksanakan shalat. Setelah tidak ada lagi hal-hal yang mengganggu pikiran dan perhatian kita, laksanakan shalat dengan fokus pada bacaan-bacaannya serta meresapi maknanya. Maka itu penting bagi kita untuk mengawalinya dengan melafalkan niat shalat untuk menekankan diri agar fokus dalam melaksanakannya.

 Dalam shalat, banyak do'a dan dzikir yang diucapkan dan mampu mendekatkan diri kepada Allah. Firman Allah SWT:

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي 

 Artinya:"Kerjakanlah shalat untuk mengingat-Ku:"(QS Thaha :14).

Allah juga berfirman:

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُۗ

 Artinya:"(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram:"(QS Ar-Ra'd :28).

 Setelah selesai shalat, kita juga sebaiknya tidak langsung bergegas pergi. Perlu bagi kita untuk memaksimalkan waktu untuk berdzikir dan berdo'a. Do'a menjadi bagian penting dalam kehidupan kita sebagai ikhtiar untuk mewujudkan harapan-harapan yang terbaik yang diinginkan. Allah berfirman dalam Al Qur'an:

 surat Al-Baqarah Ayat 186:

وَاِذَا سَاَلَكَ عِبَادِيْ عَنِّيْ فَاِنِّيْ قَرِيْبٌۗ اُجِيْبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ اِذَا دَعَانِۙ فَلْيَسْتَجِيْبُوْا لِيْ وَلْيُؤْمِنُوْا بِيْ لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُوْنَ

Artinya: "Apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Nabi Muhammad) tentang Aku, sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku. Maka, hendaklah mereka memenuhi (perintah)-Ku dan beriman kepada-Ku agar mereka selalu berada dalam kebenaran:"(QS  Al-Baqarah :186).

Posting Komentar untuk "SHALAT SEBAGAI PENENANG JIWA YANG RESAH"