Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

HAL HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SETELAH BERBUAT BAIK

 

 Amalan shalih adalah merupakan bekal terbesar yang akan kita bawa menuju kehidupan akhirat. Amalan shalih adalah merupakan cahaya di hati kita, bahkan kekuatan hati kita untuk meniti di jalan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun, ada beberapa perkara yang harus kita perhatikan setelah beramal shalih yaitu:

1_Jangan tertipu banyak amal

 Jangan sampai kita tertipu dengan banyaknya amal, karena kita tidak tahu mana amal yang telah diterima oleh Allah SWT.

Nabi saw bersabda:

 إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا

 Artinya:"Sesungguhnya di antara kalian, ada yang selama hidupnya senantiasa beramal dengan amalan penduduk surga sehingga jaraknya dengan surga tinggal sejengkal lagi. Namun, kemudian ketentuan berkata lain. Ia pun, di akhir hayatnya, beramal dengan amalan penduduk neraka. Ia pun mati di atasnya, dan ia pun masuk ke dalam api neraka:"(Lihat Hadits Arbain Ke 4)

Kita yakin Allah tidak mungkin menzalimi seorang pun. Akan tetapi, si hamba lah yang zalim.

Dalam Shahih Muslim Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam bersabda:

إِنَّ الرَّجُلَ لَيَعْمَلُ عَمَلَ أَهْلِ الْجَنَّةِ فِيمَا يَبْدُو لِلنَّاسِ

 Artinya:"Seseorang di antara kalian ada yang mengamalkan amalan penduduk surga sebatas yang tampak kepada manusia:"(HR Muslim).

Ia tampak di hadapan manusia beramal shalih, akan tetapi Allah mengetahui apa yang ada dalam hatinya. Mungkin hatinya tidak mengharapkan   rido Alloh 100%, mungkin hatinya ditimpa ‘ujub dan sombong setelahnya. Mungkin ia tertipu dengan amal shalih tersebut, sehingga akhirnya di akhir hayatnya ia pun beramal amal keburukan, dan ia pun wafat di atasnya. Akibat dia tertipu dengan banyaknya amal, akhirnya ia wafat dalam keadaan su’ul khatimah. 

Ini sebuah kesalahan besar, siapapun kita, se-shalih apapun kita, jangan pernah kita tertipu dengan amal kita. Al-Imam Syafi’i Rahimahullah saja tidak merasa dirinya shalih. Beliau berkata: "Aku mencintai orang-orang shalih, tapi aku tidak termasuk orang-orang shalih. Semoga aku mendapatkan syafaat dari mereka".

 Siapa yang tidak kenal Imam Syafi’i? Akan keshalihan beliau, ketakwaan beliau, kefaqihan beliau, seluruh ulama sepakat akan bagaimana beliau sebagai seorang alim yang ikhlas ilmunya. Semua umat Islam sangat membutuhkannya. Tapi Subhanallah, ternyata Imam Asy-Syafi’i Rahimahullah mengatakan: “Aku cinta orang shalih, tapi aku tidak termasuk orang shalih.” Mendengar itu, Imam Ahmad berkata: “Engkau mencintai orang shalih dan engkau termasuk mereka.

 Itulah para ulama. Mereka tidak tertipu dengan banyaknya amal mereka. Mereka tidak menjadi orang yang merasa dirinya sebagai wali Allah di sisinya karena banyaknya amal. Akan tetapi mereka senantiasa khawatir kalau mereka mati dalam keadaan su’ul khatimah. Itulah yang mereka khawatirkan pada diri mereka. Itulah yang harus kita pelihara.

2_Ingin di akui sebagai orang yang iklas

 Di antara kesalahan kita setelah selesai beramal, kita ingin diakui keikhlasan kita, dan kita marah ketika ada orang yang mengatakan kita tidak ikhlas, padahal cukuplah hanya Allah yang Maha Tahu bahwa kita ikhlas mengharapkan ridha Alloh saja. Kita beramal tidak mengharapkan pujian siapapun. Kita beramal tidak mengharapkan pengakuan siapapun. Kita beramal tidak mengharapkan penghormatan dan penghargaan dari siapapun juga, karena penghargaan manusia dan penghormatan mereka tidak ada nilainya sama sekali di sisi Allah.

Maka kewajiban kita adalah mengharapkan ridha Allah SWT semata, bukan mengharapkan pengakuan manusia akan keikhlasan kita. Makanya, para ulama menyebutnya sebagai_

رياء الإخلاص 

(riya’ orang yang ikhlas). 

Ia ingin diakui akan keikhlasannya, dia ingin dihormati orang akan amal shalihnya, sehingga ia dianggap sebagai orang yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah.

 Amal shalih seharusnya menimbulkan ketawadhuan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Allah berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

 Artinya:"Wahai manusia, beribadahlah kalian kepada Rabb kalian yang telah menciptakan kalian dan menciptakan orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa:"(QS  Al-Baqarah 2:21).

 Itulah tujuan ibadah kita kepada Allah, kita beramal shalih, kita bertaqarrub kepada Allah, agar kita menjadi hamba-hamba yang bertakwa kepada Allah SWT. Namun ketika shalat kita tidak menimbulkan ketakwaan, ketika amal shalih kita tidak menimbulkan rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, itu menunjukkan amal shalih kita dipertanyakan. Barangkali amal shalih kita belum diterima di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala.

 Maka, tanda seorang hamba yang amalnya diterima, dia akan berusaha memperhatikan keabsahan amalnya. Dia akan berusaha agar amalnya diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia bersungguh-sungguh, dia mempelajari apakah amalnya sesuai dengan sunnah Rasulullah atau tidak. Adakah tuntunannya dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wasallam atau tidak? Sehingga, pada waktu itu, keinginan terbesarnya adalah meluruskan amalnya, bukan sebatas amal itu sendiri. Kemudian, dia takut dan khawatir kalau amal itu dibatalkan oleh Allah, karena itu yang terbesar setelah kita beramal shalih.

Posting Komentar untuk "HAL HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN SETELAH BERBUAT BAIK"