Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MEMILIH PEMIMPIN YANG DIPILIH


 Rosululloh saw berpesan pada muslim untuk mengangkat seorang pemimpin sekalipun dalam suatu kelompok kecil perjalanan. 

 Signifikansi seorang pemimpin dalam masyarakat membuat muslim perlu memahami sikap yang tepat ketika memilih pemimpin.

Ditambah lagi, seorang pemimpin di suatu wilayah tertentu nantinya akan menjadi seorang ulil amri.

Alloh SWT berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

 Artinya:"Wahai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil Amri (pemegang kekuasaan) di antara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al-Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya:"(QS An Nisa :59).

 Perkara sikap muslim dalam memilih pemimpin ini dijelaskan Imam al-Ghazali dalam Fadhaih al-Bathiniyah. Menurutnya, setidaknya muslim harus memilih pemimpin dengan 4 kriteria utama.

Empat kriteria utama yang dimaksud adalah:

1_Najdat atau memiliki cukup kekuatan dan berwibawa.

2_ Kifayah atau mampu menyelesaikan segala persoalan.

3_Wara' atau sikap hidupnya baik.

4_ Punya ilmu yang bermakna, memiliki ilmu pengetahuan.

 Dalam haditsnya, Rosululloh saw juga mewanti-wanti agar muslim tidak memilih pemimin yang lemah. Dari Abu Dzar yang mengutip sabda Rosululloh saw:

يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّكَ ضَعِيفٌ وَإِنَّهَا أَمَانَةُ وَإِنَّهَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ خِزْيٌ وَنَدَامَةٌ إِلَّا مَنْ أَخَذَهَا بِحَقِّهَا وَأَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ فِيهَا

 Artinya:"Wahai Abu Dzar, kamu ini lemah (untuk memegang jabatan) padahal jabatan merupakan amanah. Pada hari kiamat ia adalah kehinaan dan penyesalan, kecuali bagi siapa yang mengambilnya dengan benar dan melaksanakan tugas dengan baik:"(HR Muslim).

 Di samping itu, Ketua MUI Kota Bandung Prof. Dr. KH. Miftah Faridl berpesan, sikap lain yang perlu dimiliki muslim ketika memilih pemimpin adalah menuruti kesadaran batin. Dengan kata lain, pilihan dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab kepada Allah SWT, bukan pengaruh suap atau ancaman seseorang.

 Sikap muslim ketika memilih pemimpin adalah menerima lapang dada siapapun yang ditakdirkan menjadi pemimpin.

Allah SWT berfirman:

قُلِ اللّٰهُمَّ مٰلِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِى الْمُلْكَ مَنْ تَشَاۤءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاۤءُۖ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاۤءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاۤءُ ۗ بِيَدِكَ الْخَيْرُ ۗ اِنَّكَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

 Artinya:"Katakanlah(Nabi Muhammad), "Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tanganMulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu:"(QS Ali Imron :26).

Dan dalam hal suatu kehidupan manusia Di dunia dalam bermasyarakat Alloh sudah mengaturnya.

Alloh SWT berfirman:

وَلَوْ شَآءَ ٱللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَٰحِدَةً وَلَٰكِن يُضِلُّ مَن يَشَآءُ وَيَهْدِى مَن يَشَآءُ ۚ وَلَتُسْـَٔلُنَّ عَمَّا كُنتُمْ تَعْمَلُونَ 

 Artinya:"Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikan kamu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan:"(QS An Nahl :93).

 Jadi di dalam memilih sesuatu hal itu tidak ada paksaan, karena di dalam Surat An Nahl ayat 93 jelas di katakan: Kalau Alloh menghendaki niscaya Dia menjadikan kamu satu umat saja...

"(Satu selera satu pilihan satu rupa)".


Posting Komentar untuk "MEMILIH PEMIMPIN YANG DIPILIH"