Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

FAKTOR HILANGNYA NILAI NILAI AGAMA

 


 Marilah Kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya.karena ketakwaan dan keta’atan kepada Allah adalah tugas kita dan untuk tujuan inilah Allah SWT. menciptakan kita.

Allah berfirman :

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ [الذاريات/56]

 Aku tidak menjciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.

Dalam surat lain Allah juga berfirman :

يآ أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ  [البقرة/21]

 Wahai manusia beribadhlah kalian kepada tuhan kalian yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa. 

 Shulthanul Auliya’ Beliau Syekh Abdul Qadir al-Jilani dalam salah satu karyanya yaitu kitab Al-Fathur Rabbani Wal Faidlurrohamni berkata :

«ذِهَابُ دِيْنِكُمْ بِأَرْبَعَةِ أَشْيَاءَ، الْأَوَّلُ : أَنَّكُمْ لاَ تَعْمَلُوْنَ بِمَا تَعْلَمُوْنَ، الثَّانِيْ : أَنَّكُمْ تَعْمَلُوْنَ بِمَا لاَ تَعْلَمُوْنَ، الثَّالِثُ : أَنَّكُمْ لاَ تَتَعَلَّمُوْنَ مَا لاَ تَعْلَمُوْنَ فَتَبْقَوْنَ جُهَّالاً . الرَّابِعُ : أَنَّكُمْ تَمْنَعُوْنَ النَّاسَ مِنْ تَعَلُّمِ مَا لاَ يَعْلَمُوْنَ» [الفَتْحُ الرَّبَّانِيُّ وَاْلفَيْضُ الرَّحْمَانِيُّ لِسَيِّدِيْ عَبْدِ الْقَادِرِ الْجِيْلاَنِيُّ ص23]

 Hilangnya nilai-nilai agama kalian disebabkan oleh empat perkara:

 1_Pertama kalian tidak mengamalkan ilmu yang kalian miliki.

2_ Kedua  kalian mengamalkan sesuatu tanpa didasari ilmu.

3_Ketiga kalian tidak mau mempelajari apa-apa yang belum kalian ketahui hingga kalian hidup dalam kebodohan.

4_Keempat  kalian menghalangi orang yang mencari ilmu.   

 Syeikh Abdil Qadir menegaskan bahwa poin pertama dari penyebab hilang nilai-nilai agama adalah ketika Syariat agama Islam hanya sebatas ilmu pengetahuan saja yang tidak diaplikasikan dalam seluruh sendi-sendi kehidupan. 

 Dan perlu kita ketahui bahwa sumber Syariat agama kita yaitu agama Islam adalah Al-Quran dan As-sunnah yang di dalamnya terdapat aturan untuk seluruh sendi-sendi kehidupan kita sebagai umat Muslim guna meraih kemaslahatan dunia dan akhirat. Oleh sebab itu apabila ketentuan-ketentuan yang ada di dalamnya sudah tidak dilaksanakan dan tidak diindahkan lagi maka sudah barang tentu nilai-nilai agama akan hilang, Islam hanya tinggal nama saja.

 Junjungan kita Nabi Muhammad Shallallhu ‘Alaihi Wasallam bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ ذِهَابِ الدِّيْنِ تَرْكُ السُّنَّةِ، يَذْهَبُ الدِّيْنُ سُنَّةً سُنَّةً كَمَا يَذْهَبُ الْحَبْلُ قُوَّةً قوَّةً» [سنن الدارمي 1/45]

 Awal mula hilangnya agama adalah meninggalkan ajaran Nabi, dan ajaran agama akan hilang secara bertahap sebagaimana hilangnya kekuatan tali juga secara bertahap.

 Oleh karenanya sesedikit apapun ilmu agama yang kita miliki marilah kita amalkan secara istiqomah, karena dengan cara ini secara tidak langsung kita juga telah mempertahankan eksistensi agama Islam.

 Poin kedua penyebab hilangnya nilai-nilai agama yaitu ketika pelaksanaan-pelaksanaan keagamaan sudah tidak didasarkan pada ilmu atau pemahaman agama yang benar. Ilmu agama yang salah atau pemahaman agama yang tidak benar akan memunculkan praktek-praktek kegamaan yang salah, bahkan sesat dan menyesatkan.

Pemahaman agama yang salah bisa jadi bukan karena kesalahan pada sumbernya akan tetapi juga bisa karena kesalahan pada prosesnya, karena pemahaman agama tidak bisa dan tidak boleh didapatkan dengan cara melakukan riset sendiri-sendiri, akan tetapi pemahaman tersebut haruslah kita peroleh dari seorang ahli dalam agama atau seorang ulama’ yang benar-benar ulama’. Karena dialah orang yang memang mewarisi ilmunya para Nabi. Sebagaimana Junjungan Kita bersabda :

إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّهُمْ لَمْ يُوَرِّثُوا دِيْنَارًا وَلَا دِرْهَمًا، وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ» [مسند الإمام أحمد 6/254]  

 Para ulama’ adalah para pewaris Nabi, mereka para Nabi tidaklah mewariskan dinar tidak pula dirham, mereka para Nabi hanya mewariskan Ilmu.

 Dari Hadits tersebut dapat kita simpulkan bahwa pemahaman agama yang benar adalah pemahaman agama yang didapatkan dari para ulama’.

Oleh karenanya bagi kita yang masih awam tidak boleh karena sangat berbahaya apabila memahami dan mengamalkan agama langsung dari Al-Quran dan Hadits tanpa melalui pemahaman para ulama’. Sebagaimana dalam kitab Tanwirul Qulub disebutkan:

وَمَنْ لَمْ يُقَلِّدْ وَاحِدًا مِنْهُمْ وَقَالَ أَنَا أَعْمَلُ بِالْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ مُدَّعِيًا فَهْمَ اْلأَحْكَامِ مِنْهُمَا فَلاَ يُسْلَمُ لَهُ بَلْ هُوَ مُخْطِئٌ ضَالٌّ مُضِلٌّ سِيَّمَا فِيْ هٰذَا الزَّمَانِ [تنوير القلوب : 75]

 Artinya:"Barang siapa yang tidak mengikuti salah satu dari mereka (imam-imam madzhab) dan berkata, ‘Saya beramal berdasarkan Al-Quran dan hadits,’ dan mengaku telah mampu memahami hukum-hukum Al-Quran dan hadits, maka orang tersebut tidak bisa diterima. Ia bahkan termasuk orang yang bersalah, sesat dan menyesatkan, terutama pada masa sekarang.

 Munculnya praktek-praktek ibadah dan pemahaman agama yang salah sebagaimana yang viral di media sosial saat ini, seperti merenggangkan barisan Shalat tanpa ada alasan syariat, mensejajarkan barisan jama’ah laki-laki dan wanita dalam satu ruangan saat Shalat, menganggap bahwa yang penting menggauli pasangan dengan baik atau Mu’asyarah Bil Ma’ruf tanpa harus menikahi sudah cukup, bahwa Al-Quran adalah sabda Nabi Bukan wahyu Allah dan lain sebagainya dan anehnya lagi semua itu di dasarkan kepada Al-Quran atau Hadits, semua ini adalah contoh nyata bahwa memahami agama langsung dari sumbernya bagi kita yang masih awam sangat berbahaya.

Dengan pertimbangan inilah maka sangat benar apa yang disampaikan seorang Tabi’in yang bernama Ibnu Sirin :

إِنَّ هذَا الْعِلْمَ دِينٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ» [صحيح مسلم 1/79]  

 Artinya:"Keilmuan ini (tentang ilmu Hadits) adalah bagian dari agama oleh karenanya lihatlah terlebih dahulu dari siapa kalian mengambil agama kalian.

Oleh karena itulah, marilah kita berhati-hati dan selektif dalam mencari ilmu dan pemahaman dalam agama.

 Dengan penjelasan di atas maka dapat kita simpulkan bahwa untuk menjaga kokohnya agama kita adalah dengan melalu jalur Ilmiyah yang Amaliyah dan Amaliyah yang ilmiyah atau ilmu yang diamalkan dan amil didasari keilmuan. Dengan cara ini Insya Allah kita semua akan menjadi hamba-hamba Allah yang selamat dunia dan akhirat. Amin ya robbal alamin.

Posting Komentar untuk "FAKTOR HILANGNYA NILAI NILAI AGAMA"