Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BIJAK DALAM MEMILIH PEMIMPIN


 Islam memberikan rambu-rambu dan etika dalam memilih calon pemimpin. 

Berdasarkan panduan Al-Qur’an, setidaknya ada 3 akhlak dalam Islam untuk memilih pemimpin. 

Hal ini dimaksudkan untuk mendidik masyarakat dalam menentukan calon pemimpin ke depan.

1)_Pertama, menjadi pemilih yang cerdas. Pemilih cerdas adalah pemilih yang memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang calon yang akan dipilihnya. Pemilih cerdas tidak akan memilih calon hanya berdasarkan emosi atau ajakan orang lain, terlebih ingin memilih karena materi atau many politik.

Seorang pemilih yang cerdas akan memilih calon berdasarkan pertimbangan yang rasional dan berdasarkan program kerja serta visi misi calon yang tersedia. 

Dalam Islam, seorang Muslim seyogianya menjadi seorang yang cerdas dan jujur. Pemilih yang cerdas akan menyadari betapa pentingnya memilih pemimpin yang terbaik. Pasalnya, bila salah dalam menentukan pilihan, maka pejabat yang terpilih akan mudah menyelewengkan jabatannya. 

Dalam Al-Qur’an Surah al-A’raf ayat 198, Allah berfirman:

 وَتَرٰىهُمْ يَنْظُرُوْنَ اِلَيْكَ وَهُمْ لَا يُبْصِرُوْنَ

 Artinya:"Jika kamu menyeru mereka (berhala-berhala) untuk memberi petunjuk, mereka tidak dapat mendengarnya. Kamu mengira mereka memperhatikanmu, padahal mereka tidak melihat.

(QS Al-A’raf 198).

 Menurut ulama tafsir ada tiga kata yang digunakan Al-Quran untuk menunjuk pandangan mata manusia:

 (1), نظر 

(nadhar), yakni melihat bentuk dan gambaran sesuatu,

(2), بصر

(bashar), yakni melihat dengan mengetahui seluk beluk serta perincian yang bersifat indrawi dari apa yang dilihat; 

 (رأى (3

 (ra’a)_yakni melihat disertai dengan mengetahui secara mendalam atas hakikat sesuatu.

 Jadi dapat disimpulkan bahwa Allah SWT menyerukan kepada manusia untuk menjadi orang yang cerdas. Kecerdasan ini dapat diperoleh dengan cara menggunakan akal pikiran dengan sebaik-baiknya, merenungkan ciptaan Allah SWT, dan belajar dari para ahli. 

2)_Kedua, menghargai pilihan orang lain. Dalam kehidupan bermasyarakat, kita akan bertemu dengan berbagai macam orang dengan latar belakang dan pilihan yang berbeda-beda. Termasuk dalam kategori pemilihan umum, tak tertutup kemungkinan antara istri dan suami berbeda, begitu juga orang tua dan anaknya. Pun, antara tetangga dengan tetangga lainnya. Hal ini wajar karena setiap orang memiliki hak untuk memilih apa yang mereka yakini dan inginkan.

Jangan sampai berbeda kaos menjadi tidak bertegur sapa.

Perbedaan pilihan itu wajar, terlebih calon yang akan dipilih pun beragam. Sebagai seorang Muslim, kita diajarkan untuk menghargai pilihan orang lain, meskipun berbeda dengan pilihan kita. 

 Perbedaan adalah kehendak Allah, tetapi Allah tidak menghendaki perbedaan itu menjadi sumber perpecahan dan konflik. Allah menghendaki perbedaan itu menjadi sumber kebaikan dan kemajuan bagi umat manusia.⁰

3)_Ketiga, menjadi pemilih yang adil dan bersih. Secara sederhana, pemilih yang adil adalah pemilih yang memberikan suaranya sesuai dengan hati nuraninya, tanpa dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak relevan. Seorang pemilih yang adil juga tidak melakukan kecurangan dalam pemilihan umum, baik secara langsung maupun tidak langsung. Lebih lanjut, pemilih yang adil memiliki peran penting dalam mewujudkan pemilihan umum yang jujur dan adil.

Yang terakhir, tentulah etika dan rambu-rambu pilihan seorang muslim agar mampu menggunakan hak pilihnya secara cermat dan bertanggung jawab, serta berpartisipasi aktif dalam proses demokrasi.

Semoga pemimpin yang kita pilih nanti sesuai dengan harapan kita sehingga bisa membawa indonesia menjadi yang lebih maju lagi. Aamiin.

Posting Komentar untuk "BIJAK DALAM MEMILIH PEMIMPIN"