Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

3 Penyebab Hancurnya Bangsa Menurut Rasulullah SAW

3 Penyebab Hancurnya Bangsa Menurut Rasulullah SAW

 Setiap orang pasti akan menjumpai kematian. Ketika kematian datang, maka kematian akan mengundangnya. Tanpa penundaan sedetik pun, tanpa percepatan sedetik pun, kematian selalu datang di saat yang tepat. Faktanya, kematian tidak hanya terjadi pada umat manusia tetapi juga terjadi pada suatu bangsa, negara, atau suatu peradaban. 

Allah subhanahu wata'ala berfirman: 

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۖ فَإِذَا جَآءَ أَجَلُهُمْ لَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

”Tiap-tiap umat mempunyai batas waktu; maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS Al-A’raf: 34).

Dalam Al-Qur'an tasir Fi zhilalil dikatakan kematian disini maksudnya kematian setiap generasi manusia  berupa kematian yang mengakhiri kehidupan yang kita kenal. Dan ini bisa berarti matinya setiap umat (bangsa) dalam arti jangka waktu tertentu kekuatan dan kekuasaan di muka bumi. 

Baik kematian dalam arti kematian sebagai berakhirnya hidup manusia maupun kematian dalam arti berakhirnya kejayaan dan kekuasaan suatu bangsa, keduanya mempunyai masanya masing-masing. Tidak ada yang dimajukan atau ditunda. 

Teori Ibnu Khaldun tentang Matinya Suatu Bangsa 

Seorang sejarawan dan sosiolog terkenal dunia yaitu Imam Ibnu Khaldun rahimahullah, dalam bukunya yang sangat terkenal reputasinya, Al-Muqadimah, sebuah buku yang ditulis sebagai  pengantar karya besarnya di bidang sejarah, khususnya At-Tarikh, menyatakan:

إن أعمار الدول لا تكاد تتجاوز مائة وعشرين سنة غالباً

"Sesungguhnya, umur negara-negara itu mayoritas hampir tidak melebihi 120 tahun." 

Ibnu Khaldun membagi usia 120 tahun  menjadi tiga tahap: 

1)_Tahap pertama:Setelah suatu negara  mencapai kejayaan, kemenangan dan kekuasaan yang kokoh (tamkin), para pendirinya (The founding Fathers) menjadi orang-orang yang berkuasa. 

Mereka menjalani kehidupan yang sulit, hidup berpindah-pindah, dengan berani. Mereka merasakan usaha dan keletihan yang telah mereka curahkan untuk memperoleh kekuatan tersebut, berkat itu mereka memperoleh kekuatan, ketabahan, kesabaran, daya tahan dan kebijaksanaan yang baik dalam menangani tugas-tugas yang berbeda. Ini adalah generasi pertama. 

 2)_Generasi kedua: Generasi ini lebih kecil dari generasi pertama dan lebih lemah dari generasi sebelumnya, karena  telah mencapai kondisi solid dan mewarisi daya yang stabil dari generasi sebelumnya. 

Pada saat yang sama, orang-orang ini hidup mewah, nyaman dan memiliki segala macam harta benda yang membuat mereka boros, menaruh perhatian besar pada makanan,kendaraan, pernikahan dan segala macam kesenangan duniawi. . 

Namun, mereka  mewarisi suatu kekuasaan, baik karena mereka  hidup pada suatu periode pembentukan negara atau karena mereka mendengar cerita tentang ayah mereka dan percakapan mereka, yang membuat mereka menjadi orang yang kuat dan tangguh sampai batas tertentu. . 

3)_Generasi ketiga: Generasi yang belum merasakan sedikit pun pertumbuhan kekuasaan negara, belum merasakan beban kebangkitannya, dan belum pula mendengar kisah-kisah yang dibacakan oleh mereka yang telah melihat dan menyaksikan perkembangan negara. . 

Mereka dengan mudah menemukan kekuatan. Mereka memiliki kekayaan dan pengaruh yang besar dan cenderung santai, tidak serius, dan lembut. Di tangan generasi ini seringkali berada di bagian terakhir negara. 

Ketiga tahapan ini merupakan kesimpulan Dr. Syekh Salman bin Fahd Al Audah salah satu ulama terkemuka Arab Saudi  setelah membaca penjelasan Ibnu Khaldun. 

 Sementara itu menurut Profesor. Dr.K.H. Nasaruddin Umar, MA. Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta, menurut Ibnu Khaldun terbagi menjadi 4 generasi yang akan menentukan cepat atau lambat suatu bangsa akan mati. 

Keempat generasi tersebut adalah: 

Generasi pionir 

Generasi pembangun 

Generasi pengertian 

Generasi perusak 

Penyebab runtuhnya suatu peradaban 

Dr. Abdussalam Al -Basyuni, dalam bukunya 'Awamil Suquthil Hadharat fil Quran was Sunnah,menjelaskan adanya beberapa penyebab jatuhnya suatu bangsa berdasarkan Al-Quran:

Kekafiran dan berpaling dari Allah subhanahu wata'ala.Tentang kaum Saba'  bangsaYaman, 

Allah subhanahu wata'ala berfirman : 

لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ (15) فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ (16) ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلا الْكَفُورَ (17)

”Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. Tetapi mereka berpaling,

Maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon asl, dan sedikit dari pohon sidr. Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.(QS Saba :15-17).

Kemaksiatan-kemaksiatan yang menyebar luas.

Allah subhanahu wata'ala berfirman: 

أَلَمْ يَرَوْا۟ كَمْ أَهْلَكْنَا مِن قَبْلِهِم مِّن قَرْنٍ مَّكَّنَّٰهُمْ فِى ٱلْأَرْضِ مَا لَمْ نُمَكِّن لَّكُمْ وَأَرْسَلْنَا ٱلسَّمَآءَ عَلَيْهِم مِّدْرَارًا وَجَعَلْنَا ٱلْأَنْهَٰرَ تَجْرِى مِن تَحْتِهِمْ فَأَهْلَكْنَٰهُم بِذُنُوبِهِمْ وَأَنشَأْنَا مِنۢ بَعْدِهِمْ قَرْنًا ءَاخَرِينَ

”Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain.” (Al-An’am: 6).

Para ulama berpendapat bahwa musibah yang menimpa umat manusia bukan hanya karena alasan logika tetapi juga karena alasan syar'i. Alasan syar'i atas musibah yang menimpa umat manusia adalah berbagai kemaksiatan yang dilakukannya. 

Hal ini sesuai dengan firman Allah subhanahu wata'ala:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالأرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ (96) أَفَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا بَيَاتًا وَهُمْ نَائِمُونَ (97) أَوَأَمِنَ أَهْلُ الْقُرَى أَنْ يَأْتِيَهُمْ بَأْسُنَا ضُحًى وَهُمْ يَلْعَبُونَ (98) أَفَأَمِنُوا مَكْرَ اللَّهِ فَلا يَأْمَنُ مَكْرَ اللَّهِ إِلا الْقَوْمُ الْخَاسِرُونَ (99)

”Jikalau penduduk kota-kota beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Maka apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di malam hari di waktu mereka sedang tidur?

Atau apakah penduduk kota-kota itu merasa aman dari kedatangan siksaan Kami kepada mereka di waktu matahari sepenggalah naik ketika mereka sedang bermain-main?

Maka apakah mereka merasa aman dari azab Allah (yang tidak terduga-duga)? Tiada yang merasa aman dari azab Allah kecuali orang-orang yang merugi. (QS Al-A’raf: 96-99).

Allah subhanahu wata'ala juga berfirman: 

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Rum: 41).

Sebagian ulama Salaf berkata:"Barangsiapa yang mendurhakai Allah di muka bumi ini, maka sesungguhnya dia telah menimbulkan kerusakan di muka bumi. karena kebaikan bumi dan langit di lakukan melalui ketaatan, dan kerusakan dari bumi dan langit karena kemaksiatan." 

Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah menjelaskan: "Yang dimaksud kerusakan dalam ayat ini adalah kesalahan, kejahatan,keburukan dan bencana yang diciptakan oleh Allah di muka bumi karena kemaksiatan Hamba-Nya yang sudah terlewat batas." 

Yang perlu ditegaskan lagi di sini adalah, suatu contoh bencana yang menimpa suatu bangsa dapat memusnahkan bangsa tersebut, tentu saja bencana seperti ini merupakan bencana yang berskala besar, contohnya adalah perilaku LGBT pada kaum Nabi Luth, yang manusianya dan negaranya di hancurkan secara bersamaan,karena manusianya sudah melakukan kemaksiatan yang sudah terlewat batas. 

Nan'u dzubillahi mindzalik..


Posting Komentar untuk "3 Penyebab Hancurnya Bangsa Menurut Rasulullah SAW"