Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

BERKOMPETISI DALAM HAL KEBAIKAN

BERKOMPETISI DALAM HAL KEBAIKAN

  Islam mengajak umatnya untuk berkompetisi demi kebaikan. Nabi juga memotivasi para sahabatnya untuk berkompetisi melalui amalan dan ilmu pengetahuan. Janji Nabi tentang kabar gembira kepastian masuk surga kepada sebagian sahabatnya merupakan contoh bagaimana persaingan demi kebaikan mempunyai tujuan yang baik di akherat kelak. Hadits dari Abdurahman bin 'Auf ra menyebutkan bahwa.

 Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:

 عَن عَبدِالرَّحمَنِ بنِ عَوفٍ رَضِيَ اللهُ عَنه قال: قال رَسُولُ الله صلى الله عليه وسلم: أبُو بَكرٍ في الجَنَّةِ، وعُمرُ في الجَنَّةِ، وعُثمانُ في الجَنَّةِ، وعَليٌّ في الجَنَّةِ، وطَلحةُ في الجَنَّةِ، والزُّبَيرُ في الجَنَّةِ، وعَبدُالرَّحمَنِ بنُ عَوفٍ في الجَنَّةِ، وسَعدٌ في الجَنةِ، وسَعيدٌ في الجَنَّةِ، وأبُو عُبيدةَ بنِ الجَرَّاحِ في الجَنَّةِ

 Artinya: "Dari Abdurrahman bin Auf RA bahwa Rasulullah Saw bersabda: Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah di surga, Zubair di surga,Abdurrahman bin Auf di surga, Sa`ad bin Abi Waqqas di surga, Sa’id bin Zaid di surga, Abu Ubaidah bin al-Jarrah di surga."(HR Tirmidzi). 

 Menariknya, tidak semua sahabat menerima kabar baik ini. Rasulullah ingin memotivasi sahabat-sahabat lainnya untuk berkompetisi meraih pahala-pahala yang besar. Bagi orang yang materialistis, tentu sulit bersaing dalam kebaikan. Segalanya akan dilakukan untuk mengejar dunia dengan berbagai cara.

 Persaingan yang baik adalah bimbingan dari Allah dan Rasulullah. Persaingan untuk kebaikan tidak selalu hanya soal ibadah saja. Lihatlah para sahabat yang gemar beribadah, bahkan ada yang ingin berpuasa dan shalat  terus menerus dalam hidupnya, lalu  Rasulullah menegur mereka dan mengingatkan bahwa makna Islam tidaklah demikian. Persaingan yang baik berarti giat mencari penghidupan yang baik demi agama, karena bila melihat intisari dari surat Al-Jumuah Alloh mengatakan bahwa setelah shalat hendaknya tidak duduk di masjid melainkan menyebar untuk kembali bekerja.

 Alloh subhanahu wata'ala berfirman:

  يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا نُودِىَ لِلصَّلَوٰةِ مِن يَوْمِ ٱلْجُمُعَةِ فَٱسْعَوْا۟ إِلَىٰ ذِكْرِ ٱللَّهِ وَذَرُوا۟ ٱلْبَيْعَ ۚ ذَٰلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِن كُنتُمْ تَعْلَمُونَ

Cara:“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu diseru untuk menunaikan shalat Jum’at,maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli (aktifitas yang lainya). yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahuinya.” ( QS Aljumuah,ayat 9).

 Lomba pada dasarnya memberikan motivasi bagi orang lain untuk membuat kebaikan yang serupa. Esensi dari nilai-nilai Islam mengajarkan untuk berlomba meraih maslahat dan tidak membawa mudharat untuk diri sendiri.

 Allah subhanahu wata'ala berfirman :

 وَلِكُلٍّ وِّجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيْهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرٰتِۗ اَيْنَ مَا تَكُوْنُوْا يَأْتِ بِكُمُ اللّٰهُ جَمِيْعًا ۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ 

 Artinya:"Dan setiap umat mempunyai kiblat yang dia menghadapnya. Maka berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan. Di mana saja kamu berada, pasti Allah akan mengumpulkan kamu semuanya. Sungguh Allah MahaKuasa atas segala sesuatu:"(QS Al-Baqarah :148).

 Agama mengajak kita berkompetisi secara bersama. Filosofi lebah yang dipaparkan Rasulullah merupakan perumpamaan umat Islam yang bermanfaat bagi orang lain. Sebagaimana sabda Nabi dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Baihaqi:

Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:

 مَثَلُ المؤمنِ كمَثَلِ النَّحلَةِ ؛ إن أكَلَتْ أكَلَت طَيِّباً ، وإن وَضَعَت وَضَعت طَيِّباً ، وإن وَقَعت على‏ عُودٍ نَخِرٍ لَم تَكسِرْهُ, و مَثَلُ المؤمنِ مَثَلُ سَبيكَةِ الذَّهَبِ ؛ إن نَفَختَ علَيها احمَرَّت ، وإن وُزِنَت لَم تَنقُصْ

 Artinya: "Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti lebah, ketika memakan, tidak pernah memakan kecuali makanan yang baik. Ketika meninggalkan sesuatu atau memberi sesuatu, tidak pernah kecuali yang baik, ketika menginjak  dahan tidak pernah merusaknya. Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti lantakan emas ketika dibersihkan akan mengkilat dan ketika ditimbang tidak pernah kurang." (HR  Imam Baihaqi). 

 Perlombaan sendiri yang disebutkan dalam Al-Quran selalu berkembang dengan optimisme. Ciri-ciri muslim sejati adalah selalu menjadi pemenang, yakni menang bersama-sama. Khususnya pemenang dalam kehidupan di dunia ini dan akhirat kelak.

alloh subhanhu wata'ala berfirman:

  وَابْتَغِ فِيْمَآ اٰتٰىكَ اللّٰهُ الدَّارَ الْاٰخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيْبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَاَحْسِنْ كَمَآ اَحْسَنَ اللّٰهُ اِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِى الْاَرْضِ ۗاِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِيْنَ

  Artinya: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan."(Al-Qashas, ayat 77).

 Dalam konteks keluarga, persaingan kebaikan dikaitkan dengan peran suami dalam memperlakukan istrinya dengan baik dan  begitu jug sebaliknya. Bagaimana Sayyidah Khadijah menyebutkan di akhir hayatnya tentang permintaan sorban rosululloh untuk di jadikan kain kafanya, dan bagaimana Nabi kemudian memberi isyarat bahwa Sayyidah Khadhijah lah yang sudah memenangi dunia dan akherat.

 Persaingan kebaikan antara suami dan istri bukan pada seberapa banyak  kata-kata mesra yang mereka ucapkan, namun pada seberapa besar kasih sayang yang mereka tunjukkan dalam pekerjaan suami serta dalam kepedulian dan rasa hormat istri terhadap suaminya. Penting bagi orang tua untuk berpartisipasi dalam kompetisi untuk menghormati dan mendidik anak-anak mereka. Bahwa lomba ini bertujuan semata-mata untuk mendapatkan keridhaan dari Allah SWT semangat dalam mendidik anak-anak agar menjadi generasi  yang berkualitas di masa depan.

 Mari kita pikirkan kembali bagaimana  para ulama secara aktif berkompetisi untuk menimba ilmu. Bahkan mereka rela tidak tidur di kasur empuk dan tidak makan yang enak-enak untuk mengajarkan ilmu. 

 Islam merupakan agama yang selalu memotivasi setiap individu untuk bersaing meraih kemenangan. Oleh karena itu masing-masing dari kita harus mengambil peran  masing-masing. Bersaing untuk meraih kemenangan  sejati, berlombalah yang membuat kita menjadi pemenang, dicintai manusia dan diapresiasi oleh Sang Pencipta "Alloh subhanahu wata'ala".

Barokalloh


Posting Komentar untuk "BERKOMPETISI DALAM HAL KEBAIKAN"