Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Hadits tentang Hasad dan Bahayanya, Naudzubilah Min Zaalik!

BAHAYANYA HASAD BAGI PERADABAN DUNIA UMAT ISLAM

Manusia adalah makhluk yang unik dan istimewa. Berbeda dengan makhluk lainnya, manusia dikaruniai unsur-unsur immaterial yang lengkap, yaitu: akal, ruh, hati dan nafs (nafsu dan ghadlab) yang tergabung dalam satu kesatuan yang disebut jiwa(soul). Karena komponen immaterial inilah maka manusia pada hakikatnya adalah  makhluk spiritual. Masing-masing elemen tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda. 

Ruh mempunyai sifat  suci, condong pada kesejatian (hakikat) dan lebih dekat kepada Allah. Pikiran bekerja untuk berpikir, mengingat, menghitung dan berlogika. Hati mempunyai fungsi keyakinan (beriman), cinta, benci, empati dan hal-hal yang berhubungan dengan emosi. Sedangkan nafsu adalah energi jiwa yang mampu menimbulkan rasa senang dan marah (nafs al-ammarah). 

Barang siapa yang mampu mengendalikan “roh tirani” (al-nafs al-ammarah) dengan selalu mendekatkan diri kepada Allah, maka ia akan menjadi manusia seutuhnya. Sebaliknya jika seseorang dikuasai oleh roh yang zalim dengan menerapkan prinsip kesenangan, maka ia akan menjadi cacat. Sebagai makhluk spiritual, manusia harus mampu mensucikan jiwanya dengan melakukan amalan-amalan yang baik untuk melawan kecenderungan hawa nafsu, cinta dosa, dan kemaksiatan. 

Dalam jiwa manusia memang terdapat unsur energi negatif yang dapat merusak diri sendiri, lingkungan dan peradaban, yaitu “penyakit hati” atau “amradlul qulub” yang menimbulkan sifat-sifat kepribadian yang sangat buruk. Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Bidayat Al Hidayah mengatakan ada tiga ciri hati yang sangat berbahaya, dimana ciri-ciri hati tersebut selalu muncul dari waktu ke waktu. 

Ketiga sifat hati ini berujung pada kehancuran diri dan menjadi sumber sifat-sifat tercela lainnya, yaitu: 

hasad (cemburu), riya (pamer), dan ujub (sombong,berbangga diri atau angkuh). 

Dari ketiga penyakit hati tersebut, yang dampaknya paling parah adalah hasad atau nafsu kedengkian. Hasad merupakan sekumpulan permasalahan kejiwaan yang mempunyai dampak  yang sangat besar terhadap kehidupan individu, lingkungan, masyarakat bahkan peradaban. Banyak sekali perkelahian, pertengkaran dan perang fisik yang melibatkan pembunuhan dan saling menghancurkan yang disebabkan oleh munculnya rasa iri hati(dengki). 

Menurut Asy-Sya'rawi, penyakit jiwa yang disebut "hasad" itu sangat nyata. Al-Quran sendiri dengan jelas menyebutkan sifat ini. Al-Qur'an menyebutkan sikap sebagian ahli kitab terhadap Nabi Muhammad saw. 

اَمْ يَحْسُدُوْنَ النَّاسَ عَلٰى مَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖۚ

Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan Allah kepadanya? (QS: an-Nisa: 54).

Begitu pula Rasulullah sallallahu alaihi wasallam, dengan jelas disebutkan agar manusia terhindar dari penyakit hati ini: 

اِياَّ كُم وَالحَسَدَ فَاِنَّ الْحَسَدَ يَاْ كُلُ الْحَسَنَاتِ كَمَا تَاْ كُلُ النَّارُ الحَطَبَ

Artinya: ”Jauhkanlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasad itu memakan kebaikan-kebaikan sebagaimana api memakan kayu-bakar.” (HR  Abu Dawud).

Hasad adalah kejahatan energi tersembunyi yang dapat membahayakan manusia. Allah menyuruh kita untuk meminta perlindungan Allah darinya: “Dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki:” (QS Al-Falaq: 5).

Hasad dapat dianalogikan sebagai suatu benda yang tidak terlihat secara kasat mata. Namun keberadaannya justru memiliki pengaruh dan dampak yang luar biasa serta bahaya yang lebih ganas dibandingkan dengan sesuatu yang dapat terlihat mata. Meski hasad tidak terlihat secara kasat mata, namun efek terhadap jiwa dan tatanan sosial sangat nyata. 

Secara psikologi, hasad memiliki dampak, diantaranya: 

1. Membentuk jiwa yang tidak mau mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Allah (kufur nikmat). 

2. Menyiksa diri sendiri karena tidak tenang akibat merasa tidak nyaman dengan kebahagiaan orang lain. 

3. Adanya perbuatan pencemaran nama baik, fitnah dan lain sebagainya yang dapat menimbulkan perpecahan dalam keluarga dan persaudaraan. 

4. Munculnya kebencian dan permusuhan  dapat menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu yang tidak terbatas. 

Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari az-Zubair bin al-Awwam dari Nabi saw.

Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: 

دَبَّ إِلَيْكُمْ دَاءُ الْأُمَمِ قَبْلَكُمْ: اَلْحَسَدُ وَالْبَغْضَاءُ ، وَالْبَغْضَاءُ هِيَ الْحَالِقَةُ ، حَالِقَةُ الدِّيْنِ لاَ حَالِقَةُ الشَّعْرِ، وَالَّذِيْ نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لاَ تُؤْمِنُوْا حَتَّى تَحَابُّوْا، أَفَلاَ أُنَبِّئُكُمْ بِشَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ

Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai? Sebarkanlah salam diantara kalian:" (HR. Tirmizi). 

 Al-Ghazali pernah berbicara tentang bahayanya sifat hasad (dengki) bagi orang lain. Hasad adalah suatu sikap batin yang tidak puas terhadap kebahagiaan orang lain dan berusaha merampas kebahagiaan orang tersebut. Menurutnya, hasad merupakan salah satu cabang dari syukh, yaitu sikap batin yang bakhil untuk berbuat amal baik. 

Hasad iri hati adalah menginginkan nikmat yang dimiliki orang lain dan menginginkan nikmat tersebut diteruskan kepada diri sendiri. Hasad mengawalinya dengan sikap menolak nikmat yang  Allah berikan kepadanya, karena  melihat orang lain menerima nikmat yang dianggap lebih besar. Hasad juga dapat timbul bila seseorang yakin bahwa dirinya mempunyai hak yang lebih besar dibandingkan orang lain. 

Pada hakikatnya penyakit ini menjadikan penderitanya tidak mau menerima qadha' dan qadar Allah, sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim ra:"Sesungguhnya hakikat hasad itu sebagian dari sikap menentang Allah karena Dia (membikin si penderita) membenci nikmat Allah atas hamba-hambanya; padahal Allah menghendaki nikmat itu baginya. Hasad pun membuatnya senang karena hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya (orang lain), padahal Allah benci  nikmat itu hilang dari saudaranya. Oleh karena itu, hasad adalah hakikatnya bertentangan dengan qadha' dan qadar Allah (Al-Fawa'id, hal.157). 

Dampak Hasad sungguh luar biasa. Hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud  menyebutkan bahwa hasad dapat menghancurkan seluruh catatan amal baik. Hasad juga dapat mengobarkan kebencian sehingga menyulitkannya berbuat baik kepada orang yang dibencinya. Pada saat yang sama, akan sulit baginya untuk menerima kebaikan yang ditunjukkan orang tersebut kepadanya. 

Orang yang hasad akan sangat lelah. Sebab ia tidak pernah puas dengan nikmat yang diberikan Allah kepadanya. Pikirannya menjadi tumpul karena selalu memikirkan kebahagiaan orang lain dan iri dengan kebahagiaan orang lain. Ketika dorongannya mencapai puncaknya, maka ia akan terdorong untuk melakukan apa pun yang menghilangkan kebahagiaan orang lain, termasuk mencuri, memfitnah, atau bahkan membunuhnya. Dampak yang paling besar adalah hancurnya  persaudaraan dan meningkatnya kebencian. 

Konon ada seorang raja yang memerintah  suatu negara. Suatu hari, seseorang datang ke istana raja dan menasihatinya: "Balaslah siapa pun yang berbuat baik demi Yang Mulia. Namun abaikan orang-orang yang iri pada Yang Mulia, karena rasa iri yang demikian sudah cukup merugikan dirinya. “Maksud orang tersebut adalah kita harus membalas kebaikan orang yang berbuat baik kepada kita, namun kita tidak boleh membalas orang yang berbuat jahat dengan keburukan, cukup kita biarkan saja. 

 Sesaat kemudian hadir yang satunya lagi di istana seorang pendengki. selang beberapa saat kemudian, setelah seseorang habis menasihati sang raja. si pendengki mendekat kepada raja dan berkata: "Orang ini baru saja memberitahuku bahwa mulut Yang Mulia berbau tidak sedap." Jika Yang Mulia tidak mempercayai saya, besok undang kembali orang tersebut. Jika dia menutup mulutnya, itu tandanya dia menghindari bau tak sedap dari mulut Yang Mulia. Raja merasa terhina dan berjanji akan memanggil penasihatnya besok. 

Sebelum dia dipanggil, orang pertama yang cemburu menghampirinya dan mengajaknya makan bersamanya. Orang yang iri itu memberinya banyak bawang dan makanan yang berbau tajam, sehingga mulut penasihat itu menjadi bau tak sedap. Keesokan harinya, ia dipanggil oleh raja dan kembali memberikan nasehat yang sama. Kemudian raja berkata: “Mendekatlah.” Orang yang  banyak makan bawang tersebut kemudian menghampiri raja dan menutup mulutnya  karena takut bau tak sedap dari mulutnya akan mengganggu sang raja. 

Melihat orang yang menutup mulutnya, sang raja menyimpulkan bahwa orang tersebut memang bermaksud menghinanya. Kemudian raja menulis surat dan memberikannya kepada orang itu. “Bawalah surat ini kepada salah satu menteriku dan dia pasti akan memberimu hadiah,” kata raja. 

Sebenarnya surat raja bukanlah surat  hadiah. Raja sangat tersinggung sehingga dia menulis dalam suratnya: “Tuan, jika Anda bertemu dengan orang yang membawa surat ini, pancunglah dia. setelah itu bawakan kepala pria ini kepadaku. 

Penasihat meninggalkan istana. Di pintu keluar, dia bertemu dengan pria yang pendengki. "Apa yang dia lakukan padamu?" Yang pendengki ingin tahu. “Raja telah menjanjikan kepadaku hadiah dari salah satu menterinya,” kata sang penasihat sambil menunjukkan surat dari raja. “Kalau begitu biarkan aku yang mengantarnya,” kata pria yang pendengki itu. Akhirnya, orang yang pendengki itulah yang celaka dan mendapat hukuman pancung. 

Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa hasad atau dengki memang betul-betul musuh orang-orang beriman, dan salah satu obat yang dapat menetralisirnya adalah memperbanyak syukur atas nikmat yang kita peroleh dari Alloh SWT, sekecil apapun, untuk menjaga keseimbangan hidup. Bukankah Allah telah menjanjikan bahwa semakin banyak kita bersyukur kepada-Nya, justru Allah akan menambah kenikmatan hingga tak terbatas. 

Alloh subhanahu wata'ala berfirman:

وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ

Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat: "(QS Ibrahim :7). 



Posting Komentar untuk "Hadits tentang Hasad dan Bahayanya, Naudzubilah Min Zaalik!"