Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TRADISI MEMASUKI BULAN ROBIUL AWAL


SEMARAK MENYAMBUT BULAN MULUD DENGAN  PEMBACAAN AL BARJANJI 

Ketika bulan Rabi'ul Awal (Bulan Maulid) tiba, sebagian umat Islam selalu merayakan budaya membaca Barzanji atau orang Jawa biasa menyebutnya Barjanjen. Semua itu berupa perayaan Maulid Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam, senandung Shawolat dan puji-pujian kepada Nabi marak terdengar di rumah-kerumah hingga masjid-kemasjid dan musala. Dengan suaranya yang merdu,ada juga yang diiringi musik rebana, ia menciptakan pesona kegembiraan di bulan Maulid. 

Sebagai umat Islam yang mencintai Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam, kita sebagai umatnya tentunya kita akan mengungkapkan hal tersebut dengan berbagai cara yang sah. Salah satunya adalah mengadakan  barjanjen. Karena cinta kita kepada Nabi adalah kewajiban bagi seluruh umat Islam. Acara ini biasanya dimulai dari tanggal 1 hingga 12 Rabi'ul Awal, jutaan umat Islam selalu menjalankan tradisi barjanjenan, karena itu adalah salah satu tradisi yang baik dan sudah turun temurun yang kita lakukan.

 Dan mengenai tradisi Abdullah bin Mas'ud radhiyallahu 'anhu yang mengatakan:

ﻗﺎﻝ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ : ﻣَﺎ ﺭَﺁَﻩُ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ ﺣَﺴَﻨًﺎ ﻓَﻬُﻮَ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺣَﺴَﻦٌ ﻭَﻣَﺎ ﺭَﺁَﻩُ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤُﻮْﻥَ ﺳَﻴِّﺌﺎً ﻓَﻬُﻮَ ﻋِﻨْﺪَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺳَﻲِّﺀٌ . ﺭﻭﺍﻩ ﺃﺣﻤﺪ ﻭﺃﺑﻮ ﻳﻌﻠﻰ ﻭﺍﻟﺤﺎﻛﻢ

Abdullah bin Mas'ud berkata:“Tradisi yang dianggap baik oleh umat Islam.adalah baik pula menurut Allah. Tradisi yang dianggap jelek oleh umat Islam,maka jelek pula menurut Allah.” (HR. Ahmad, Abu Ya’la dan al-Hakim).”

 Membaca kitab-kitab Barzanji merupakan tradisi di kalangan sebagian umat Islam di Indonesia, baik masyarakat pedesaan maupun perkotaan, masih banyak mempertahankan tradisi ini. sejarah Barjanjen atau Bacaan kitab Al-Barzanji merupakan kitab yang ditulis oleh “Syekh Ja’far bin Husain bin Abdul Karim al-Barzanji”. Ia dilahirkan di Madinah pada tahun 1690 M dan meninggal pada tahun 1766. Barzanji berasal dari nama sebuah daerah di Kurdikistan Barzinj.

 Sebenarnya kitab tersebut berjudul 'Iqd Al-jawahir (Kalung Permata), namun kemudian lebih dikenal dengan nama al-barzanji. Buku tersebut menceritakan kisah Nabi Muhammad saw, yang mencakup silsilahnya, perjalanan hidupnya semasa kecil, remaja,menginjak dewasa hingga diangkat menjadi nabi dan rasul. Selain itu juga membahas tentang sifat-sifat Rasul, keistimewaannya dan berbagai peristiwa yang dapat menjadi teladan bagi umat manusia. Dengan bahasa dan sastra yang tinggi, buku ini mudah dibaca. Di Indonesia, Barzanji merupakan kitab yang populer di kalangan umat Islam, khususnya di Pulau Jawa. Kitab ini menjadi bacaan utama pada saat acara barjanjen atau diba' yang merupakan acara rutin yang dilaksanakan sebagian umat Islam di Indonesia.

 Kontroversi budaya Barzanji Banyak  umat Islam yang menolak tradisi Barjanjen. Mereka menganggapnya sesat karena perbuatan itu tidak dilakukan oleh Rasulullah. Selain itu, barzanji hanya merupakan karya sastra dan tidak mengacu pada sumber-sumber Islam seperti Alquran dan Hadits. Oleh karena itu, mereka  dengan tegas menolak tradisi tersebut. Namun sebagian pihak melihat bacaan Al-barzanji merupakan cerminan kecintaan masyarakat terhadap citra Nabi Muhammad saw sebagai pemimpin agama sekaligus pemimpin umat manusia sebagai teladan dengan sifat-sifatnya yang mulia dari Nabi Muhammad saw.

 Cinta kepada Nabi berarti cinta juga kepada Allah SWT. Menurut penulis meskipun banyak orang yang setuju atau tidak setuju dengan tradisi ini, namun itu semua memang perlu pemahaman yang matang. Pasalnya hampir seluruh umat Islam di Indonesia melestarikan tradisi ini.

Dari Ibnul Qoyyim ia mengatakan, dimana disitu ada kemaslahatan disitu pula ada sikap penerimaan.

مَنْ سَنَّ فَي اْلِإسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلَ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يُنْقَصُ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْءٌ

“Siapa yang menghidupkan tradisi yang baik dalam Islam, kemudian tradisi tersebut diamalkan oleh orang sesudahnya. maka dicatat baginya pahala seperti pahala orang yang melakukannya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun” (HR Muslim).

 Selain dilakukan di bulan Maulid, tradisi Barzanji juga diamalkan umat Islam di segala waktu penting seperti pengajian, merayakan pernikahan, melahirkan, sebelum berangkat haji, dan lain-lain.Barjanjen merupakan tradisi yang dilakukan sejak zaman dahulu, khususnya bagi umat Islam Ahlussunah wal jam'ah. Mereka membacanya setiap malam Jumat,ada yang malam senin,malam rabu dan pada saat acara yang lainnya. Bahkan di sebagian besar pondok pesantren di Jawa Tengah, Barjanjen menjadi kegiatan utama.

 Di Indonesia, perayaan Maulid Nabi seolah sudah melembaga bahkan ditetapkan sebagai hari libur nasional. Setiap memasuki bulan Rabi'ul Awal, banyak organisasi Islam, masjid, musala, lembaga pendidikan dan majelis taklim bersiap merayakannya dengan berbagai cara dan acara yang berbeda-beda; mulai dari penyelenggaraan acaranya yang sederhana bisa juga di bilang mewah, ada juga yang di isi dengan acara dialog keagamaan, bakti sosial, hingga upacara yang sarat dengan tradisi (lokal).tradisi daerah tempat tinggal masing-masing Diantaranya:

Manyanggar Banua, Mapanretasi di Pagatan, Ba'ayun Mulud (Ma'ayun anak) di Kabupaten Tapin Kalimantan Selatan. Sekaten di Keraton Yogyakarta dan Surakarta, Gerebeg Mulud di Demak jawa tengah, Jimat Panjang  di Kesultanan Cirebon jawa barat, Pemandian Barokah di Cikelet Garut jawa barat, dll.

 Tradisi Barzanji harus menjadi sepirit, semangat keagamaan umat Islam. Idealnya, barzanji lebih dari hanya sekedar kebiasaan. Hakikat Maulid Nabi adalah semangat sejarah dan karakter baru dari Nabi sebagai satu-satunya  teladan yang  ajarannya patut diikuti dan dilestarikan. Karakter idola yang menjadi lambang idealisme, kristalisasi dari berbagai filosofi kehidupan. Teladan sejarah dan penyegaran akhlak yang bisa dilakukan kapan saja, termasuk saat bulan Rabi’ul Awal. Sejak saat itu sudah saatnya umat Islam melestarikan tradisi ini. Pasalnya, banyak umat Islam yang saat ini  yang sudah tidak semangat lagi dalam beragama islam atau dengan kata lain hanya “KTP nya yang tulisanya Islam”.

 Logikanya, daripada melestarikan budaya Barat, lebih baik melestarikan budaya Islam itu sendiri, sebagai  wujud ketaatan hamba kepada Tuhan. Oleh karena itu, mengingat tradisi barjanjen  hanya menjadi adat pada bulan mulud, maka penulis sepakat dan menganjurkan agar pelestarian budaya barjanjen  harus dilakukan kapan pun, pada hari apa pun, dan dimanapun. Hal ini merupakan wujud bukti kecintaan kita sebagai umat Nabi Muhammad saw.

 Dan Tradisi menurut Alquran disebutkan.

 Allah subhanahu wata'ala berfirman:

ﺧُﺬِ ﺍﻟْﻌَﻔْﻮَ ﻭَﺃْﻣُﺮْ ﺑِﺎﻟْﻌُﺮْﻑِ ﻭَﺃَﻋْﺮِﺽْ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﺠَﺎﻫِﻠِﻴﻦَ ‏( ﺍﻷﻋﺮﺍﻑ : 199)

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma’ruf (tradisi yang baik), serta berpalinglah daripada orang-orang yang bodoh.”. (QS  Al-A’raf :199).

 Dalam ayat di atas, Allah memerintahkan kepada Nabi Muhammad saw,agar menyuruh umatnya mengerjakan yang ma'ruf Maksudnya kebiasaan (tradisi) yang baik

Posting Komentar untuk "TRADISI MEMASUKI BULAN ROBIUL AWAL"