Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

NABI MUHAMMAD AKRAB DENGAN RAKYATNYA

NABI MUHAMMAD AKRAB DENGAN RAKYATNYA

KISAH ROSULULLOH SEBAGAI PEMIMPIN AKRAB DAN MAU BERCENGKRAMA DENGAN RAKYATNYA

 Salah satu aspek terpenting yang tidak bisa diabaikan dalam kehidupan sosial dan keagamaan umat Islam adalah persoalan kepemimpinan. Bagaimanakah potret keteladanan Nabi shollallohu 'alaihi wasallam digambarkan? beliau sebagai seorang pemimpin?

 Pribadi Nabi. sebagai sosok pemimpin yang terangkum dalam Khasanah Literatur klasik Sirah Nabawiyah.  Kesempurnaan pribadi Rasulullah saw tidak akan pernah habis untuk dipelajari.Beliau adalah sosok yang Allah SWT jadikan prototipe keteladanan_ model pola dasar bagi umat manusia. Hal ini telah ditegaskan oleh Allah SWT. 

Alloh SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

لَقَدْ كانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

“Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu.” (QS Al-Ahzab 33: 21).

 Gambar Nabi Muhammad saw. Hal ini berbeda dengan kebanyakan pemimpin dan reformis lainnya, karena  salah satu dari mereka hanya mempunyai wewenang dalam membuat rencana politik, reformasi sosial, dan aspek kehidupan lainnya. Lalu Rasulullah saw. adalah karakter yang mampu menggabungkan semua ini.

 Tatkala mengambil alih kepemimpinan, Rasulullah saw. Selalu menjaga sikap sopan dan rendah hati. Dia berinteraksi dengan baik dengan berbagai kelompok di komunitas dan ramah serta menarik. Tak heran jika ia pergi ke suatu golongan, beliau selalu menyempatkan diri untuk duduk dan berbincang bersama mereka.

 Rasulullah saw sangat mengapresiasi siapapun, apapun kelas sosialnya, baik pemimpin maupun rakyat biasa.

 Suatu hari, ada seorang pemimpin suku datang menemuinya. Tanpa ragu, dia segera mengambil sorbannya untuk dijadikan tempat duduk sang kepala suku tersebut. Hingga sang kepala suku merasa sungkan karena terlalu dihormati oleh tuan rumah.

 Di lain waktu, suatu hari, salah seorang sahabat yang datang terlambat ke sebuah majlisnya. Tempatnya sudah penuh dan sesak.sahabat tersebut meminta izin kepada sahabat-sahabat yang lain untuk memberinya ruang duduk, namun tidak ada satupun yang  memberinya tempat. Akhirnya, dia duduk di depan pintu. 

 Di tengah kebingungannya, Nabi saw melihat sahabat tersebut dan mengajaknya duduk disebelahnya. Nabi saw bahkan melipat sorbannya dan memberikannya kepada sahabat tadi untuk dijadikan tempat duduknya.Menerima perlakuan mulia yang diberikan Rasulullah saw, air mata sahabat pun pun berjatuhan. Diciumnya sorban itu, lalu dikembalikannya kepada Nabi saw. dengan penuh haru.

 (Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani Al-Makki, Muhammad Al-Insan Al-Kamil (Surabaya:Hai'ah As-Shofwah Al-Malikiyyah), hal.252).

 Bahkan, dalam urusan rumah tangga, pekerjaan rumah pun Rasulullah saw kerap mengurus sendiri kebutuhan rumah tangganya dengan tanganya sendiri. Kedudukannya sebagai kepala negara dan kepala keluarga tak membuatnya enggan mengemban tugas remeh sekalipun. Dia melakukan hal-hal yang biasa dilakukan seorang istri untuk mengurangi beban dan tanggung jawab dalam keluarga.

 Hal ini tercatat dalam Syamail Al-Muhammadiyyah oleh ahli hadits Imam At-Tirmidzi (W. 279 H), 'Amrah binti Abdurrahman meriwayatkan bahwa pada suatu hari ada yang bertanya kepada Sayyidah Aisyah apa yang dilakukan Rasulullah. ketika tinggal di  rumah.

 Putri Abu Bakar kemudian menjawab:

كَانَ بَشَرًا مِنَ الْبَشَرِ، يَفْلِي ثَوْبَهُ، وَيَحْلُبُ شَاتَهُ، وَيَخْدُمُ نَفْسَهُ

 “Seperti kebanyakan manusia pada umumnya, dia merendam pakaiannya, memerah susu dombanya, dan melayani dirinya sendiri (tidak berpangku tangan):"(HR Tirmidzi).

 Inilah sifat Rasulullah saw, pemimpin yang sederhana dan rendah hati dalam kehidupan sehari-hari. Ketika sandalnya rusak, dia memperbaikinya sendiri. Begitu pula ketika bajunya robek, dia menjahitnya sendiri. Padahal, dalam hadis di atas, menurut Sayyidah 'Aisyah, menjahit baju merupakan hal yang paling sering dilakukan Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam.

 Selain itu, ada kisah menarik yang dituturkan oleh Ibnu Atsir (W. 630 H) yaitu beliau mengungkap kisah Zahir bin Haram dari suku Ashyja yang merupakan salah satu dari sekian banyak penduduk desa yang rutin berkunjung  sowan menghadap Nabi di Madinah. Tentang Zahir ini Rasulullah saw pernah bersabda di hadapan para sahabatnya:“Zahir adalah penduduk desa kami dan kita adalah penduduk kota.”

 Suatu hari, Zahir sedang berada di pasar Madinah dan tiba-tiba seseorang memeluknya erat dari belakang. Tentu saja Zahir kaget dan berusaha melepaskan diri sambil berkata: Lepaskan aku siapa ini ? Zahir kemudian menoleh dan ternyata  yang memeluknya  adalah Nabi saw. Dia jadi merapatkan punggungnya ke dada Nabi saw.

 Nabi saw kemudian melanjutkan candaannya dengan bersabda: “Siapa yang mau membeli budak ini?sedangkan yang di maksud adalah tentang Zahir sendiri. Zahir menjawab kepada Nabi saw: “Ya Rasulullah, jika demikian maka aku adalah seorang budak yang tidak dapat laku dijual. » Namun kemudian Rasulullah saw bersabda:

“Tidak, Zahir, di mata Alloh hargamu sangat tinggi.”(Abu Hasan Ali Izzuddin Ibnu Atsir, Asad Al-Ghabah Fi Ma'rifah As-Sahabah (Beirut:Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah), vol. 2, hal. 93).

 Sebagai kepala negara yang telah menaklukkan banyak kerajaan besar, jelas sulit bagi kita membayangkan seorang pemimpin  yang bisa bercanda di pasar dengan salah satu rakyatnya seperti itu. Namun begitulah pemimpin besar Rasulullah saw, tentunya kita bisa merasakan betapa bahagianya Zahir Ibnu Haram, seorang rakyat jelata yang tinggal di desa, mendapat perlakuan  istimewa seperti itu dari pemimpinnya.bukan hanya pemimpin sebuah Negara tapi seorang pemimpin umat seluruh Dunia.

 Salah satu bentuk kepedulian Rasulullah saw terhadap masyarakat awam adalah sikap beliau terhadap tukang bersih-bersih masjid. Meskipun terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli hadis mengenai apakah yang dimaksud adalah perempuan bernama Kharqaa atau laki-laki muda. Yang jelas orang-orang di sekitarnya hanya mengenalnya sebagai perempuan kulit hitam yang kesehariannya menyapu masjid dan membuang sampah. Seperti kebanyakan penyapu, hanya sedikit orang yang memperhatikannya.

 Hingga pada hari Rasulullah saw. tiba-tiba bertanya kepada sahabat-sahabatnya: “Sudah lama sekali saya tidak melihat petugas kebersihan di masjid ini, di mana orang ini?” Seolah kaget, beberapa sahabat menjawab: “Dia sudah meninggal dunia sebulan yang lalu wahai Rasulullah. »

 Mungkin sahabat-sahabatnya menganggap kematiannya tidak begitu penting sehingga mereka harus memberitahu Nabi Muhammad tentang hal itu. Namun Rasulullah saw bersabda dengan nada menyesal: “Mengapa kamu tidak memberitahuku? Sekarang tunjukkan padaku di mana kuburannya berada! sahabatnya kemudian menunjukkan kuburannya dan sang pemimpin agung itu menyolatinya dan mendoakan perempuan tukang sapu itu. (Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Abdullah Asy-Syaukani Al-Yamani, Nail Al-Author Syarh Muntaqo Al-Akhbar (Mesir:Dar Al-Hadits), vol. 4, hal.64).

 Kesulitan utama yang dihadapi para pemimpin pada umumnya adalah menjaga kemanusiaanya dan cara pandangnya terhadap manusia lain. Sebab biasanya ketika seseorang masih dihormati sebagai pemimpin, kebanyakan orang tersebut mengira dirinya sudah tidak  seperti orang biasa lagi, atau mereka sendiri yang menganggap orang lain sudah tidak seperti manusia pada umumnya.

 Namun sang Uswah Hasanah kendati melakukan hal-hal besar, ia tidak melupakan perhatian terhadap rakyatnya, termasuk kelompok yang paling terpinggirkan. Baik sebagai pemimpin formal maupun nonformal, masih sulit dibayangkan, bagaimana bisa pemimpin sehebat seperti beliau masih bisa mencurahkan begitu besar perhatian bahkan kepada petugas kebersihan sekalipun. seperti yang terungkap dalam cerita di atas. Semoga kita semua bisa mencontoh,mengikuti dan meneladani jejak beliau.Aamiin..

 Wallahu A'lam Bis Shawab.


Posting Komentar untuk "NABI MUHAMMAD AKRAB DENGAN RAKYATNYA"