Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MEMPOLA SPIRITUAL UNTUK SUKSES DI DUNIA DAN AKHERAT

MEMPOLA SPIRITUAL UNTUK SUKSES DI DUNIA DAN AKHERAT

MEMPOLA SPIRITUAL UNTUK MENUJU SUKSES DI DUNIA DAN AKHERAT

 Islam tidaklah melarang hamba-hambanya untuk mengungkapkan kegembiraan, kesenangan dan kebahagiaan. Namun Islam mengajarkan bahwa mengungkapkan kegembiraan tidak boleh membuat manusia melupakan Allah subhanahu wata'ala. Kebahagiaan juga tidak boleh diungkapkan dengan melakukan hal-hal yang dilarang oleh ajaran Islam; Seperti melakukan aktivitas yang bertentangan dengan syariat Islam atau menghambur-hamburkan uang untuk sesuatu yang  hanya sekedar bersenang-senang, mengikuti hawa nafsu saja tidak akan membawa manfaat apa pun. Karena di dalamnya termasuk tabdzir:

إِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَانُوْا اِخْوَانَ الشَّيَاطِيْنِ

Oleh karena itu, pada setiap malam pergantian tahun baik tahun Hijriyah maupun tahun Miladiyah,

 Beberapa komunitas masih merayakan malam Muhasabah dan Qiyamullail, seringkali dipimpin langsung oleh Imam Besar masjid setempat, serta para Imam dan Mu'adzin, mengajak umat Islam untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk mendekatkan diri kepada sang Khaliq meminta hidayah dan taufiqnya. Itu adalah ungkapan kegembiraan seorang muslim yang selalu berusaha dekat dengan Allah subhanahu wata'ala disaat suka maupun duka. 

Semangat tahun baru bagi umat Islam dijadikan sebagai penggerak untuk memotivasi diri sendiri dan orang lain, membangkitkan semangat baru untuk lebih meningkatkan kualitas ibadah dan akhlak,karena seorang muslim sejati adalah  yang mempunyai moto hari harus lebih baik dari hari sebelumnya. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi dalam sebuah hadis:

Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مٍثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ

Artinya, “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Dan, barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka)” (HR Al-Hakim).

 Hadits ini membantu untuk memahami pentingnya menguatkan semangat baru untuk menjalani hari-hari yang baru, termasuk juga dengan tahun baru. Jika hari Tahun baru ini lebih baik dari hari dan tahun sebelumnya, maka Anda dianggap beruntung. Jika sama maka sebenarnya hanya kerugian yang dideritanya. Dan jika keadaannya semakin buruk, maka itu akan menjadi hari dan tahun yang terkutuk, karena Anda tidak bisa mengambil manfaat dan keberkahan di dalamnya.

 Dalam riwayat  lain disebutkan bahwa orang-orang yang hari-harinya justru lebih buruk dari hari-hari sebelumnya,Maka tidak ada yang lebih baik bagi mereka selain kematian untuknya. Kisah ini  dikutip oleh Syekh Abdurrahman as-Sakhawi dalam kitab Al-Maqashidul Hasanah juz I halaman 631.

 Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ اِسْتَوَى يَوْمَاهُ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ وَمَنْ كَانَ آَخِرُ يَوْمَيْهِ شَرًّا فَهُوَ مَلْعُوْنٌ وَمَنْ لَمْ يَكُنْ فِي الزِّيَادَةِ فَهُوَ فِي النُّقْصَانِ وَمَنْ كَانَ فِي النُّقْصَانِ فَالْمَوْتُ خَيْرٌ لَهُ وَمَنْ اِشْتَاقَ إِلَى الْجَنَّةِ سَارَعَ فِي الْخَيْرَا تِ

Artinya, “Barangsiapa yang kedua harinya (saat ini dan kemarin) sama, maka ia (tergolong) orang yang rugi. Barangsiapa yang dua hari terakhirnya lebih buruk, maka ia terlaknat. Barangsiapa yang tidak berada pada peningkatan, maka ia berada pada defisit . Barang siapa yang berada pada keadaan defisit, maka kematian lebih baik baginya. Dan, barangsiapa yang merindukan surga, maka ia akan cepat-cepat dalam melakukan kebaikan” (HR Ad-Dailami).

 Syekh Nuruddin Al-Harawi Al-Qari (wafat 1014 H) dalam kitab Mirqatul Mafatih Syarh Misykatul Mashabih jilid IV halaman 352 menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan ziyadah (peningkatan) pada hadits di atas adalah peningkatan ilmu pengetahuan, ibadah dan semua hal baik. Bukan peningkatan dunia dan jabatan. Karena keberuntungan selalu berpihak pada orang yang taat dan baik hati, bukan pada sisi dunia dan jabatan seseorang.

 Mengenai hal tersebut Allah subhanahu wata'ala memerintahkan hamba-Nya untuk selalu mawas diri terhadap bekalnya di akhirat. Dalam Al-Qur'an  hal ini disebutkan.

 Allah SWT berfirman: 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ ١٨

Artinya, “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan” (QS  Al-Hasyr : 18).

 Imam al-Qushayiri (wafat 465 H) dalam tafsirnya Lathaiful Isyarat atau Tafsir Al-Qusyairi menjelaskan bahwa ayat di atas mempunyai dua makna ketakwaan, yaitu:

memperkuat ketakwaan dengan  memikirkan pahala yang akan diterima kelak di akhirat atas perbuatan baik dan buruk yang dilakukan di dunia; meningkatkan kesalehan melalui mawas diri dan introspeksi yaitu  memaksimalkan waktu yang diperlukan untuk meningkatkan ketaatan. Dengan kata lain, mengobarkan semangat baru di hari-hari baru yang dihadapi oleh setiap orang.

 Cara menumbuhkan semangat baru di hari yang baru adalah dengan memperbaiki hari dengan ketaatan dan kebajikan. Orang hanya dapat memperbaiki hari mereka dengan melakukan introspeksi terhadap apa yang mereka lakukan pada hari sebelumnya.

Demikian cara menumbuhkan semangat baru dalam menyambut tahun baru secara Islami

 Semoga bermanfaat dan menjadi keberkahan bagi kita semua, serta dapat menjadi penyemangat untuk meningkatkan kebajikan, keutamaan, ketakwaan, keimanan dan menjauhi segala larangan-laranganya.

 Hari demi hari, kita  harus mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wata'ala dengan menerima bimbingan dan taufiq dari Allah subhanahu wata'ala. Agar setiap harinya kualitas amal shaleh kita semakin meningkat dan hidup kita semakin diisi dengan amal shaleh serta kita menjadi orang yang bertakwa di mata Allah subhanahu wata'ala. Jika demikian maka Allah akan memberikan kita semua kehidupan yang baik, baik di dunia maupun di akhirat. Mari kita simak firman Allah subhanahu wata'ala dalam surat An-Nahl ayat 97:

Alloh subhanahu wata'ala berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِّنْ ذَكَرٍ اَوْ اُنْثٰى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهٗ حَيٰوةً طَيِّبَةًۚ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ اَجْرَهُمْ بِاَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ ٩٧

Artinya, “Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS  Nn-Nahl : 97).

 Hal lain yang  sangat penting adalah kita harus memperhatikan bahwa  kebaikan yang kita lakukan itu benar-benar baik, jangan sampai kita termasuk orang  yang mengira berbuat baik namun ternyata salah, seperti yang difirmankan Allah subhanahu wata' ala:

Alloh subhanahu wata'ala berfirman:

اَلَّذِيْنَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِى الْحَيٰوةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُوْنَ اَنَّهُمْ يُحْسِنُوْنَ صُنْعًا ١٠٤

Artinya, “(Yaitu) orang-orang yang sia-sia usahanya dalam kehidupan dunia, sedangkan mereka mengira bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (QS  Al-Kahfi :104).



Posting Komentar untuk "MEMPOLA SPIRITUAL UNTUK SUKSES DI DUNIA DAN AKHERAT"