Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MANFAATKAN TEKNOLOGI YANG BENAR

 MANFAATKAN TEKNOLOGI DENGAN BAIK DAN BENAR

 Saat ini dunia sedang menyaksikan perkembangan teknologi yang sangat pesat, khususnya di bidang informasi. Internet dan jejaring sosial telah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan kita. Perkembangan teknologi ini dapat menjadi sebuah alat yang berguna jika kita memanfaatkannya dengan baik. Sebaliknya justru akan membawa bencana dan kehancuran bila kita tidak memanfaatkannya secara bijaksana. Kita harus menyadari bahwa teknologi yang kita gunakan sebaiknya hanya digunakan sebagai produk atau sarana saja. Tidak ada ghayyah atau tujuan akhir.

 Berkat berbagai jenis penemuan teknologi, kita dapat dengan mudah mengakses berbagai jenis informasi. Berkat teknologi, kita juga dapat dengan mudah mempelajari berbagai disiplin ilmu, termasuk kajian ilmu  agama. Namun kita harus berhati-hati ketika belajar agama menggunakan teknologi internet saja.

 Internet dan jejaring sosial begitu banyak dibanjiri informasi. Namun, tidak semua informasi yang tersedia dapat dipertanggung jawabkan. Kita harus selalu memeriksa dan memverifikasi sumber informasi yang diperoleh, terutama ketika melakukan penelitian tentang agama. Verifikasi ini mencakup dari mana informasi itu berasal, siapa yang mengatakannya, dan media apa yang memberitakannya.

 Ingatlah bahwa informasi yang kita terima dari Internet atau jejaring sosial disajikan oleh  sistem yang tidak mesti berdasarkan fakta. Namun sistem algoritmik yang digunakan di Internet akan memberikan informasi berdasarkan popularitasnya. Jadi, untuk mengakses  informasi atau pengetahuan agama apa pun di internet, kita perlu memverifikasinya menyaringnya. Hal ini juga ditegaskan kembali oleh Allah SWT dalam ayat 6 surat Al-Hujurat dalam Al-Quran:

Allah subhanahu wata'ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ جَاۤءَكُمْ فَاسِقٌۢ بِنَبَاٍ فَتَبَيَّنُوْٓا اَنْ تُصِيْبُوْا قَوْمًاۢ بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوْا عَلٰى مَا فَعَلْتُمْ نٰدِمِيْنَ 

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepadamu membawa berita penting, maka telitilah kebenarannya agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena ketidaktahuan(-mu) yang berakibat kamu menyesali perbuatanmu itu.”(QS  Al Hujurat :6).

Dalam  hadits masyhur yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari sahabatnya Anas bin Malik radhiyallahu 'anhu,

 Rasulullah Shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.”(HR ibnu Majah :224).

Hadits ini mengingatkan  kita bahwa setiap muslim mempunyai kewajiban untuk meningkatkan kualitas dirinya dengan mencari ilmu. Namun dalam situasi saat ini dimana berbagai jenis ilmu dapat dengan mudah ditemukan berkat perkembangan teknologi, kita perlu  benar-benar mengedepankan etika dalam mencari ilmu.

 Hal yang perlu diperhatikan antara lain adalah kewajiban kita untuk memiliki guru yang mempunyai latar belakang pendidikan atau keilmuan yang jelas dan mengikuti petunjuknya. Kemajuan teknologi saat ini tidak bisa menggantikan posisi seorang guru. Tidak ada teknologi yang dapat menggantikan peran  guru dalam aspek pembelajaran sains yang efektif dan bermanfaat, khususnya ilmu agama. Hubungan guru-murid sangat penting dalam memperoleh pemahaman  mendalam tentang agama.

 Dalam Al-Qur'an  ayat 7 surat Al-Anbiya disebutkan:

وَمَآ اَرْسَلْنَا قَبْلَكَ اِلَّا رِجَالًا نُّوْحِيْٓ اِلَيْهِمْ فَسْـَٔلُوْٓا اَهْلَ الذِّكْرِ اِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ 

Artinya: “Kami tidak mengutus sebelum engkau (Nabi Muhammad) melainkan beberapa orang laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka. Maka, bertanyalah kepada orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui.”(QS  Al-Anbiya :7).

 Ayat ini mengingatkan kita bahwa jika kita mempunyai banyak permasalahan yang berbeda-beda, terutama yang berkaitan dengan ilmu agama, sebaiknya kita tidak sembarang bertanya pada semua orang. Kita perlu mempertanyakan kepada seseorang yang berpengetahuan dan benar-benar ahli di bidangnya. Bukan sekedar bertanya pada Google atau teknologi kecerdasan buatan yang biasa dikenal dengan AI (Artificial Intelligence). Sekali lagi, kita harus bertanya kepada guru agar dia bisa memberi tahu kita  mana yang baik dan mana yang tidak baik. Jangan sampai diri kita mendewakan dan mengikuti secara mutlak jawaban di internet yang nantinya akan kita sesali.

 Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam surat Al-Isra ayat 36:

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهٖ عِلْمٌ ۗاِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ اُولٰۤىِٕكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔوْلًا 

Artinya: “Janganlah engkau mengikuti sesuatu yang tidak kauketahui. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggungjawabannya.”(QS  Al-Isra ayat 36).

Dari penafsiran tersebut kita dapat memahami bahwa peran guru sangat penting dan  sentral dalam mempelajari ilmu agama. Salah satu aspek etika mempelajari ilmu agama adalah memiliki guru yang jelas dan mampu memberikan petunjuk. Hal ini pula yang disebutkan dalam  kitab Ta’lîm al-Muta’allim karya Imam al-Zarnuji yang menyebutkan bahwa bimbingan guru merupakan syarat yang perlu dalam pencarian ilmu pengetahuan. Hal ini terangkum dalam dua syair Sayyidina’ Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah, yaitu:

terangkum dalam dua bait syair dari Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah yakni:

اَلا لاَ تَناَلُ اْلعِلْمَ إِلاَّ بِسِتَّةٍ - سَأُنْبِيْكَ عَنْ مَجْمُوْعِهَا بِبَيَانٍ 

ذُكاَءٍ وَحِرْصٍ وَاصْطِباَرٍ وَبُلْغَةٍ - وَإِرْشَادِ أُسْتَاذٍ وَطُوْلِ زَمَانٍ

Dalam bait syair ini disebutkan bahwa syarat seseorang mencari ilmu adalah (1) memiliki kecerdasan, (2) bersungguh-sungguh, (3) bersabar, (4) siap mengeluarkan biaya, (5) mengikuti petunjuk guru, dan (6) harus menempuh waktu yang lama.

 Maka marilah kita bijak dalam memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran, penelitian, khususnya ilmu agama. Jika kita hanya mengandalkan pembelajaran ilmu melalui internet,  kita bisa menyalahi guru sehingga mengakibatkan apa yang kita ketahui menjadi tidak dapat dipertanggungjawabkan, belajarlah dengan orang-orang yang  silsilah ilmiahnya tidak meragukan,jangan hanya belajar di Internet saja atau mempelajari agama Anda secara sendirian.

 Beberapa ulama salaf mengatakan:

 لَا تَقْرَؤُوْا القُرْآنَ عَلَى الْمُصْحَفِيِّيْنَ وَلَا تَأْخُذُوْا اْلعِلْمَ مِنَ الصُّحُفِيِّيْنَ

Artinya: “Jangan kalian belajar Al-Qur’an kepada orang-orang yang belajar Al-Qur’an secara otodidak dan janganlah kalian mengambil ilmu agama dari orang-orang yang tidak memiliki guru dan hanya belajar secara otodidak.”

 Oleh karena itu, manfaat teknologi dapat diperoleh dari aspek positif dan negatifnya. Segala sesuatu mempunyai kelebihan dan kekurangan. Saya berharap kita dapat mengambil hikmahnya dan  benar-benar dapat mempelajari ilmu agama  yang ber etika sesuai kaidah dalam konteks perkembangan teknologi saat ini. Semoga Tuhan membantu kita untuk selalu melihat bahwa apa yang benar adalah benar dan semoga kita mempunyai kemampuan untuk mengikutinya dan semoga kita ditunjukkan bahwa apa yang salah adalah salah dan semoga kita memiliki kemampuan untuk menghindarinya,

Dahulu mungkin banyak orang yang berkata: orang-orang sukses adalah orang-orang yang mempunyai banyak informasi, namun di zaman sekarang, orang-orang sukses adalah orang-orang yang pandai menyaring informasi. 

Posting Komentar untuk "MANFAATKAN TEKNOLOGI YANG BENAR"