Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KETAHANAN KEHARMONISAN DALAM KELUARGA

KETAHANAN KEHARMONISAN DALAM KELUARGA

 KETAHANAN KEHARMONISAN DALAM KELUARGA

Di  zaman yang semakin modern ini, salah satu permasalahan yang dihadapi masyarakat adalah ketahanan dan keharmonisan keluarga.

 Di banyak negara, kondisi keluarga mengalami pelemahan. Jumlah (broken home) sangat tinggi. Tingkat perceraian lebih dari 25 persen. Di banyak negara maju, sebagian masyarakat, terutama generasi muda, memilih untuk tidak menikah. Banyak orang yang sudah menikah memilih untuk tidak mempunyai anak (child free). Ada yang karena alasan ekonomi, karier, dan filosofi hidup.

 Tren sosial ini menimbulkan permasalahan serius, termasuk degradasi bahkan hilangnya banyak generasi. Banyak negara yang kekurangan jumlah penduduk atau penurunan komunitas agama. Dan banyak kelompok etnis juga  kehilangan identitas mereka atau mengalami kemunduran dini.

 Islam mengajarkan  pentingnya berkeluarga dan terlembaganya kekeluargaan agar manusia dapat hidup bahagia, aman, damai dan tenteram. Penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar orang yang menikah hidup lebih bahagia dibandingkan orang yang belum menikah. Allah menciptakan manusia untuk hidup berpasangan dengan ikatan perkawinan agar dapat hidup tenteram, bahagia dan sejahtera.

 Allah subhanahu wata'ala  berfirman:

وَمِنْ اٰيٰتِهٖٓ اَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِّنْ اَنْفُسِكُمْ اَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوْٓا اِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَّوَدَّةً وَّرَحْمَةً ۗاِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّقَوْمٍ يَّتَفَكَّرُوْنَ

Artinya : “Di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah bahwa Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari (jenis) dirimu sendiri agar kamu merasa tenteram kepadanya. Dia menjadikan di antara kamu rasa cinta dan kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir” (QS. Ar-Rum/30:21).

 Membangun keluarga adalah cara membangun manusia, masyarakat, dan negara yang kuat. Keluarga yang bahagia akan melahirkan generasi yang sejahtera. Memulai sebuah keluarga merupakan sarana mewujudkan proses kelahiran kembali, lahirnya generasi yang meneruskan sentral perjuangan keluarga dan peradaban. Hal ini dapat kita pahami dari kisah dan doa Nabi Zakaria 'alayhi salam:

وَاِنِّيْ خِفْتُ الْمَوَالِيَ مِنْ وَّرَاۤءِيْ وَكَانَتِ امْرَاَتِيْ عَاقِرًا فَهَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ وَلِيًّا ۙ (5) يَّرِثُنِيْ وَيَرِثُ مِنْ اٰلِ يَعْقُوْبَ وَاجْعَلْهُ رَبِّ رَضِيًّا (6)

Artinya : “Sesungguhnya aku khawatir terhadap keluargaku sepeninggalku, sedangkan istriku adalah seorang yang mandul. Anugerahilah aku seorang anak dari sisi-Mu. (Seorang anak) yang akan mewarisi aku dan keluarga Ya‘qub serta jadikanlah dia, wahai Tuhanku, seorang yang diridhai” (QS. Maryam/19: 5-6).

 Dalam ayat lain disebutkan:

هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهٗ ۚ قَالَ رَبِّ هَبْ لِيْ مِنْ لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً ۚ اِنَّكَ سَمِيْعُ الدُّعَاۤءِ

Artinya : “Di sanalah Zakaria berdoa kepada Tuhannya. Dia berkata, “Wahai Tuhanku, karuniakanlah kepadaku keturunan yang baik dari sisi-Mu. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar doa” (QS. Ali ‘Imran/3: 38).

 Kelahiran kembali tidak sebatas reproduksi, tetapi keluarga memiliki anak dan cucu. Kelahiran kembali mengandung pesan anak cucu yang berkualitas dari keturunanya. Nabi Zakaria berdoa memohon rahmat: dzurriyatan thoyyibah. Dalam beberapa kitab tafsir dijelaskan bahwa “dzurriyatan tuyyibah” artinya anak yang taat, bertakwa, beradab, berakhlak mulia, dan beruntung. Dzurriyatan tuyyibah juga dapat dipahami sebagai “qurrata a’yun” sebagaimana disebutkan  dalam Al-Quran ayat 74 surat Al-Furqan:

وَالَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا

Artinya : Dan, orang-orang yang berkata, “Wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami penyejuk mata dari pasangan dan keturunan kami serta jadikanlah kami sebagai pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al-Furqan/25: 74).

 Qurrata 'ayun adalah anak yang menyenangkan hati karena taat kepada Allah SWT, berbakti kepada orang tua, dan menghormatinya dengan penuh kasih sayang.

 Dalam Islam, keluarga merupakan lembaga yang menjalankan lima fungsi. Fungsi pendidikan, budaya, agama, sosial dan ekonomi. Keluarga merupakan rumah yang hangat dimana seluruh anggota keluarga berkumpul, berinteraksi dan hidup bersama. Keluarga adalah tempat dimana anak belajar nilai-nilai luhur, budaya, ritual, adat istiadat, tata krama dan dasar-dasar agama dari orang tuanya, dan anggota keluarga orang yang sudah dewasa.

 Oleh karena itu, untuk memiliki keluarga yang bahagia dan anak-anak yang bertakwa, berkualitas, Al-Qur'an mengingatkan orang-orang beriman untuk selalu merawat dan mendidik anak-anaknya dengan ilmu, hati nurani dan keteladanan. 

Alloh subhanahu wata'ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَا تَعْتَذِرُوا الْيَوْمَۗ اِنَّمَا تُجْزَوْنَ مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُوْنَ

Artinya : “Wahai orang-orang yang kufur, janganlah kamu mencari-cari alasan pada hari ini. Sesungguhnya kamu hanya diberi balasan (sesuai dengan) apa yang selama ini kamu kerjakan” (QS. At-tahrim/66: 7).

 Rumah dan keluarga dapat menjadi landasan utama pendidikan dan penanaman nilai-nilai agama apabila dihiasi dengan cahaya shalawat dan sholat. sahabat Anas bin Malik meriwayatkan sebuah hadits bahwa.

 Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:

نوروا منازلكم با لصلاة و قراءآن

Artinya : “Sinarilah rumah-rumah kajian dengan shalat dan bacaan Al-Qur'an”.

 Berdasarkan hadits ini, Imam Muslim meriwayatkan dari sahabatnya Abu Musa al-Asy'ari bahwa.

 Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

مثل البيت الذي يذكر الله فيه، والبيت الذي لا يذكرالله فيه، مثل الحي والميت

Artinya : “Perumpamaan rumah yang dimakmurkan dengan dzikir kepada Allah dan rumah yang tidak dimakmurkan dengan dzikir adalah seperti orang hidup dan mati”(HR  Muslim).

 Rumah yang di dalamnya disebut nama Allah dan dibacakan Al-Quran mempunyai dua pengertian. Pertama, penghuni rumah, seluruh anggota keluarga, selalu menjalankan sholat dan membaca Al-Quran. Melalui dzikir dan membaca Al-Quran, hati menjadi tenang dan tenteram.

الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَتَطْمَىِٕنُّ قُلُوْبُهُمْ بِذِكْرِ اللّٰهِ ۗ اَلَا بِذِكْرِ اللّٰهِ تَطْمَىِٕنُّ الْقُلُوْبُ ۗ

Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan selalu tenteram” (QS. Ar-Ra’d/13: 28).

 Kedua, rumah tangga  akan bahagia dan tenteram dunia dan akhirat apabila mengikuti, mengamalkan dan mewujudkan ajaran dan nilai-nilai Al-Quran.

 Ketahanan keluarga menjadi kunci terciptanya kekuatan umat dan bangsa. Mari kita kembali pada firman Allah  dalam surat at-Tahrim Al-Qur'an ayat 6,

Alloh subhanahu wata'ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ 

 Artinya:"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan:"(QS At Tahrim :6).

Yang dimaksud dengan “ahli” tidak hanya terbatas pada keluarga sedarah, keturunan, dan kerabat saja, namun ahli juga mencakup komunitas, masyarakat, bahkan bangsa dan negara. Keamanan,keselamatan suatu bangsa ditentukan oleh kebahagiaan dan ketahanan keluarga.



Posting Komentar untuk "KETAHANAN KEHARMONISAN DALAM KELUARGA"