Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KESABARAN ORANG YANG SHOLIH

KESABARAN ORANG YANG SHOLIH

TIGA MACAM  BENTUK AMALAN SABAR...

 Sabar adalah  kebiasaan para nabi dan rasul. Kesabaran adalah permata yang menghiasi kehidupan orang sholih. Kesabaran adalah mutiara  orang-orang yang sholih. Kesabaran merupakan pedoman bagi siapa pun dalam menempuh jalan menuju kebahagiaan abadi di kehidupan dunia dan kehidupan selanjutnya di akherat.

 Menurut Imam al-Ghazali, kata kesabaran dan kata-kata yang asal usulnya berbeda-beda juga disebutkan di lebih dari tujuh puluh tempat dalam Al-Qur'an. Diantaranya adalah firman Allah Ta'ala:

وَلَنَجْزِيَنَّ الَّذِينَ صَبَرُوا أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوْا يَعْمَلُونَ (النحل: ٩٦)

Maknanya: “Dan Kami pasti akan memberi balasan kepada orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan” (QS an-Nahl). 

سَلَـٰمٌ عَلَيْكُم بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَىٰ الدَّارِ (الرعد: ٢٤) 

Maknanya: “Selamat sejahtera atasmu karena kesabaranmu. Maka alangkah nikmatnya tempat kesudahan itu” (QS ar-Ra’d: 24).

 Sabar bukan berarti  pengecut, sembrono, lemah dalam perkataan, tindakan, dan pengambilan keputusan. Kesabaran pada dasarnya adalah menahannya dan memaksanya untuk bertahan dengan sesuatu yang tidak disukainya dan harus berpisah dengan sesuatu yang disukainya.

 Dan sabar yang merupakan salah satu kewajiban hati ada tiga macam, yaitu:

1)_Pertama, dengan sabar mentaati perintahnya Allah.

 Misalnya pada pagi hari saat suhu udara sangat dingin,  kita harus sabar menjalankan perintah Tuhan. Kami memaksakan diri menahan dingin demi mendapatkan air untuk membasuh diri. Begitu pula di pagi hari, ketika hawa nafsu sudah terlelap, kita menekan nafsu tersebut dan memaksakan diri untuk menunaikan shalat Subuh. Semua ini kita lakukan hanya untuk berharap ridha Allah ta'ala. Inilah yang disebut dengan kesabaran dalam menjalankan ketaatan yang diwajibkan oleh Allah Ta’ala.

 1)_Kedua, sabar  menahan diri dari melakukan apa pun yang dilarang Allah.

 Keinginan manusia seringkali mencintai apa yang dilarang oleh Tuhan. Barangsiapa meninggalkan kemaksiatan dengan niat menjalankan perintah Allah, maka ia akan mendapat pahala yang besar. Para ulama mengatakan bahwa meninggalkan satu dosa lebih utama dari pada mengerjakan seribu sunah. Karena meninggalkan kemaksiatan itu wajib.sedangkan menjalankan kesunahan adalah sunah. Tentu saja yang yang wajib itu lebih utama dari pada yang sunnah. Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa barangsiapa yang menutup matanya dari ketelanjangan seorang wanita maka lebih besar  pahalanya  dari pada mengerjakan shalat sunnah seribu rokaat. Memang sabar  meninggalkan perkara haram memerlukan perjuangan yang sangat berat. yaitu sabar berjuang melawanan terhadap rayuan-rayuan setan yang melukiskan kemaksiatan seolah-olah merupakan sesuatu yang sangat indah dan mempesona. Dan peperangan melawan hawa nafsu yang seringkali mengundang manusia untuk berkubang dalam dosa dan keburukan.

 3)_Ketiga, bersabar menghadapi musibah.

 Bencana jika dihadapi dengan sabar akan menaikkan derajat atau menghapus dosa. Ada banyak jenis bencana. Perlakuan buruk terhadap kita oleh orang lain  adalah sebuah kemalangan. Hal yang sama berlaku untuk penyakit yang kita derita, kemiskinan, kecelakaan, kecelakaan, kehilangan harta benda, kebakaran, dll.

 Rasulullah saw bersabda:

مَا يُصِيْبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حَزَنٍ وَلَا أَذًى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَة يُشَاكُهَا، إِلَّا كَفَّرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

Maknanya: “Tidaklah seorang Muslim tertimpa keletihan, penyakit, kekhawatiran, kesedihan, perlakuan buruk orang lain, dan kesusahan, bahkan duri yang melukainya, melainkan dengan sebab hal-hal itu Allah akan menghapus dosa-dosanya.” (HR al-Bukhari).

 Dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda:

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ (رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ)

Maknanya: “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan pada dirinya, maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya” (HR al-Bukhari).

 Dengan demikian, barangsiapa yang dikehendaki Allah menjadi orang baik, ia akan mendapat musibah dan Allah akan memberinya kekuatan  untuk bersabar menanggung dan menghadapi musibah yang akan datang.

Sabar dalam menghadapi musibah artinya musibah yang akan datang tidak memaksa seseorang untuk melakukan sesuatu yang dilarang dan diharamkan oleh Allah SWT. Misalnya seseorang sedang menderita kemiskinan,  jika kemiskinan yang menimpanya tidak menyebabkan dia mencari kekayaan melalui pencurian, penyuapan dan perbuatan-perbuatan lain yang diharamkan oleh Allah SWT, berarti dia bersabar dalam menghadapi kemiskinan itu yang terjadi padanya.

 Bencana terkadang tidak hanya menyebabkan orang melakukan kejahatan. Lebih dari itu, terkadang hal itu membuatnya melakukan atau mengucapkan kata-kata yang membuatnya tidak bisa dipercaya. Seperti orang yang ketika ada anggota keluarganya meninggal, mengatakan bahwa Allah itu zalim, bahwa Allah itu tidak adil,bahwa Allah itu bukan Tuhan yang berhak disembah, dan perkataan lain yang membatalkan Islam dan keimanannya. Na'udzu billahi min dzalik. Kita harus menghindari hal-hal seperti itu.

 Barangsiapa memahami ilmu agama dengan baik dan  teguh berpegang pada ajaran Islam, maka musibah yang menimpanya tidak akan memberinya apa-apa selain kesabaran dan ibadah. Bahkan wali-wali Alloh kegembiraan mereka saat menghadapi musibah dan malapetaka yang menimpa mereka lebih besar,maka kegembiraan mereka lebih besar daripada kegembiraan mereka atas keleluasan hidup dan makanan berlimpah yang diberikan kepada mereka.

 Inilah sebabnya mengapa beberapa sufi berkata:

وُرُوْدُ الْفَاقَاتِ أَعْيَادُ الْمُرِيْدِيْنَ

“Munculnya berbagai musibah merupakan hari raya bagi mereka yang mencari kebahagiaan di akhirat.”

 Mereka menganggap  musibah yang menimpa mereka sebagai hari perayaan mereka. Dengan demikian, bencana akan meningkatkan ketaatan dan ibadah mereka kepada Allah ta’ala.

 Suatu ketika ada seorang wanita datang menemui Nabi (shallallahu 'alaihi wasallam) dengan niat agar beliau berkenan mengawini putrinya. Wanita itu di depannya mengucapkan memuji putrinya dan mengatakan bahwa putrinya sangat cantik  dan sehat. Dan dia bahkan mengatakan putrinya tidak pernah sakit kepala sekalipun.

 Rasulullah kemudian menjawab:

لَا حَاجَةَ لِي فِيْهَا

“Saya tidak membutuhkannya, saya tidak ingin menikahinya.”

 Mengapa Rasulullah  menolak tawaran tersebut? Sebab ia mengetahui bahwa orang yang banyak memperoleh kesenangan dalam hidup ini dan tidak pernah menemui musibah adalah orang yang mempunyai sedikit kebaikan dalam kehidupan selanjutnya. Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikannya, maka Allah akan mendatangkan kepadanya berbagai musibah di dunia.

 Dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda:

أَشَدُّ النَّاسِ بَلَاءً الأَنْبِيَاءُ ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ (رَوَاهُ التِّرْمِذِيُّ وَأَحْمَدُ وَغَيْرُهُمَا)

Maknanya: “Manusia yang paling berat ujian dan musibahnya adalah para nabi, kemudian orang-orang yang di bawah derajat mereka, kemudian orang-orang yang di bawah derajat mereka. Seseorang diuji berdasarkan sekuat apa ia pegangteguh agamanya” (HR at-Tirmidzi, Ahmad dan lainnya)

 Dikisahkan bahwa ada seorang laki-laki shaleh yang kehilangan anggota tubuhnya dan menjadi buta. Ia juga menderita penyakit yang melemahkan bagian tertentu dari tubuhnya. Anggota badannya yang sakit menjadi hitam, lalu terkulai dan rontok. Tidak ada  yang mau merawatnya. Dia di buang dijalanan. Banyak serangga menyerbu kepalanya dan menggigitnya. Tapi apa daya Dia tidak punya tangan untuk mengusir serangga-serangga tersebut. Ia juga tidak mempunyai kaki untuk bergerak dan menjauh dari tempat duduknya. Suatu ketika ada beberapa orang melewatinya. Ketika mereka melihat orang shaleh tersebut, mereka berkata:Subhanallah, betapa tabah dan sabarnya pria ini. Mendengar perkataan mereka, orang sholih itu berkata:

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ قَلْبِيْ خَاشِعًا وَلِسَانِي ذَاكِرًا وَبَدَنِي عَلَى الْبَلَاءِ صَابِرًا، إِلَهِي لَوْ صَبَبْتَ عَلَيَّ الْبَلَاءِ صَبًّا، مَا ازْدَدْتُ فِيْكَ إِلَّا حُبًّا

“Segala Puji bagi Allah yang telah menjadikan hatiku khusu”, lidahku berdzikir dan ragaku bersabar menghadapi musibah. Ya Tuhanku, jika Engkau menimpakan kepadaku musibah seberat apapun, tidaklah aku bertambah kepada-Mu kecuali rasa cinta.”




Posting Komentar untuk "KESABARAN ORANG YANG SHOLIH"