Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SALING MENCINTAI KARENA ALLOH

 SUAMI ISTRI SALING CINTA KARENA ALLOH

Mahabbah (cinta) merupakan salah satu bentuk kebahagiaan yang Allah berikan kepada manusia sebagai wujud ungkapan rasa sayangnya Allah terhadap makhluk-Nya. Betapa pentingnya perasaan ini sehingga dalam sebuah hadis Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam menghubungkannya dengan keimanan.

“Dari Anas  Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:

 عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ: لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Dari Anas dari Nabi Saw bersabda: Tidaklah beriman seseorang diantara kalian sehingga dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri.”(HR  Bukhari).

 Hadits di atas menunjukkan bahwa keimanan seseorang bisa dikatakan sempurna jika ia bisa mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri, asalkan baik. Saudara-saudara yang disebutkan di sini tidak  hanya sebatas saudara laki-laki dan perempuan, tetapi juga mencakup saudara manusia dalam lingkup yang lebih luas.

 Perpecahan dan permusuhan bukan lagi peristiwa baru di dunia nyata. Saat ini masyarakat terlihat lebih emosional sehingga berujung pada makian dan hinaan hanya karena masalah yang bukan prinsipel. Perbedaan antara kelompok, lembaga, suku, atau bahkan sekte(kepercayaan) yang dianut merupakan hal yang sangat sensitif, rentan terhadap gesekan akibat perbedaan pendapat.Dan hal Ini akan menjadi masalah besar kalo di biarkan terus menerus tanpa ada penyelesaian secara musyawarah dengan kekeluargaan.ini yang perlu mendapat perhatian umat Islam secara serius.

 Dalam  hadis riwayat Bukhari, Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam menjanjikan kebahagiaan yang besar berupa kenikmatan di hari kiamat bagi orang-orang yang mencintai sesama saudaranya. 

“Dari Abu Hurairah, Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمُ اللَّهُ فِى ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ الإِمَامُ الْعَادِلُ ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِى عِبَادَةِ رَبِّهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِى الْمَسَاجِدِ ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِى اللَّهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ

“Dari Abu Hurairah dari Nabi Saw bersabda: Ada tujuh (golongan orang beriman) yang akan mendapat naungan Allah pada hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya (yaitu) pemimpin yang adil, seorang pemuda yang menyibukkan dirinya dengan ibadah kepada Rabb-Nya, seseorang yang hatinya terpaut dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah mereka tidak bertemu kecuali karena Allah dan berpisah karena Allah”(HR Bukhari).

 Hadits di atas menjelaskan bahwa Allah dan Rasul-Nya sangat memperhatikan dan menghargai kasih sayang seorang hamba terhadap hamba lainnya. Pada hari kiamat nanti manusia akan berkumpul di Padang Mahsyar untuk menunggu keputusan atas perbuatannya. Di sini manusia akan merasa sangat tidak enak dengan keadaannya mereka bergantung pada amal perbuatanya yang dikumpulkannya selama berada di dunia ini. Oleh karena itu  orang yang mendapat perlindungan dari Alloh pada hari ini akan sangat beruntung.

 Nabi Muhammad diutus Allah tidak hanya untuk menyebarkan agama Islam saja tetapi juga untuk menyebarkan perdamaian dan kedamaian. Apakah kita lupa bagaimana Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam di bawah kepemimpinannya menyatukan suku Aus dan Khazraj, yang secara historis telah berselisih selama lebih dari 100 tahun? Atau  Muhajirin dan Ansar memiliki keadaan ekonomi yang  sangat berbeda namun mampu bersatu dan saling membantu bahkan lebih erat dibandingkan orang-orang yang memiliki garis keturunan yang sama.

 Oleh karena itu, mengikuti kisah  masa lalu, umat Islam saat ini tidak boleh mudah terprovokasi hingga melemahkan persaudaraan Islam. 

Allah subhanahu wat'ala sendiri telah memerintahkan:

وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ۚ وَاذْكُرُوا نِعْمَتَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُم بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا

“Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali agama Allah dan janganlah kamu bercerai berai. Dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliyah) bermusuh-musuhan maka Allah mempersatukan hatimu lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara.“(QS  Ali Imran :103).

 Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupan bermasyarakat. Saling memberi, menerima kekurangan dan kelebihan satu sama lain sebagai  makhluk Tuhan adalah salah satu cara untuk menjaga kelangsungan hidup. Namun harus kita sadari bahwa ketergantungan terhadap orang lain tidak akan bertahan selamanya jika hanya didasari oleh faktor keuntungan. Oleh karena itu Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam menganjurkan ikhlas mencintai sesamanya karena Allah dan tidak  melebihi rasa cintanya kepada Allah dan Rasul-Nya sebagamana yang di tulis di bawah ini.

 Rasulullah shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:

« ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ طَعْمَ الإِيمَانِ مَنْ كَانَ يُحِبُّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ وَمَنْ كَانَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَمَنْ كَانَ أَنْ يُلْقَى فِى النَّارِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَرْجِعَ فِى الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللَّهُ مِنْهُ »

“Tiga perkara yang apabila ada pada diri seseorang ia akan mendapatkan manisnya iman yaitu orang yang mencintai seseorang namun tidak mencintainya kecuali karena Allah, orang yang menjadikan Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan orang yang lebih cinta dimasukkan ke dalam neraka daripada kembali kepada kekufuran setelah Allah menyelamatkannya.” (HR. Muslim).

 Hadits di atas menjadi semacam batasan bagi kita semua agar besarnya rasa cinta  kita terhadap manusia tidak melebihi besarnya cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya.

 Kenapa begitu?

 Mencintai seseorang secara berlebihan membuat orang menjadi lengah karena hakikat cinta adalah berusaha memberikan yang terbaik untuk orang yang dicintai.

 Korbankan apa pun demi orang-orang terdekat Anda.Tetapi kita harus tau cara menempatkan cinta kita kepada Allah dan Rasul-Nya pada derajat yang tertinggi, kita akan mengutamakan menaati segala hukum yang telah Allah tetapkan kepada kita dan kita mentaati setiap sunnah yang diberikan oleh Rasulullah kepada kita semua.


Posting Komentar untuk "SALING MENCINTAI KARENA ALLOH"