Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

SEJARAH AWAL MULA PERINGATAN MAULID


SEJARAH AWAL MULANYA PERINGATAN MAULID

Pada bulan Rabi'ul Awwal  dikenal juga dengan bulan Maulid atau bulan kelahiran Nabi Muhammad saw. Tepatnya pada tanggal 12 Rabi'ul Awwal, umat Islam biasanya  merayakan Maulid Nabi Muhammad saw, baik di rumah dengan mengundang tetangga maupun teman dekat. Atau diselenggarakan oleh instansi, organisasi, dan  masyarakat desa dalam bentuk pengajian  dan kuliah umum, ada juga  bakti sosial, khitanan bersama dan bentuk amal-amal baik lainnya. .

 Pertanyaannya adalah: Apakah Nabi Muhammad saw pernah merayakan hari kelahirannya? Dan kapan hal itu terjadi dan untuk tujuan apa? Lalu bagaimana pandangan agama dalam merayakan Maulid Nabi Muhammad saw? Jika kita menilik sejarah, ternyata Nabi Muhammad saw tidak pernah merayakan hari lahirnya dengan ritual dan acara lainya. Tapi Nabi merayakan kelahirannya dengan cara beribadah yaitu ibadah berpuasa di hari senin.(jawa puasa weton).

 Suatu hari, Nabi Muhammad pernah ditanya:

Wahai rasul, mengapa kamu berpuasa pada hari Senin? Rasul menjawab:

 Senin itu aku lahir. Oleh karena itu Nabi Muhammad SAW memperingati hari ini dengan puasa yang kemudian oleh masyarakat kita disebut puasa weton (puasa melahirkan). Namun sejarah tidak pernah mencatat Maulid Nabi mengajak orang lain untuk membaca shalawat, membaca berzanjian, dibaan dan kajian umum. Nah, jika para sahabat Nabi Muhammad saw  tidak pernah merayakan hari lahirnya Nabi, apakah perbuatan seperti ini termasuk mengada-ngada dan apakah termasuk hal bid'ah ?

 Mari kita pelajari hukum memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. Dalam  kitab karangan Imam Jalaluddin as-Suyuthi  berjudul Husnul Maqasid fil Amal al-Mawalid menjelaskan. Bahwa pada masa Nabi dan Khulafaur Rasyidin, belum ada perayaan baik dalam bentuk ritual, doa maupun tilawah yang berkaitan dengan kelahiran Nabi, sehingga  sebagian umat Islam tidak mau merayakan hari lahir dalam bentuk ritual tersebut. Lantas kapan perayaan Maulid Nabi dimulai?

 Sejarah mencatat, sejak Islam menang dengan menaklukkan pasukan Romawi, Persia bahkan Eropa, banyak non-Muslim yang masuk Islam, termasuk tentara salib dari Eropa. Entah dengan sukarela atau terpaksa. Hal ini menimbulkan kemarahan di kalangan umat Kristen, yang akhirnya  membalas dendam dengan menyerang daerah Timur Tengah. maka pecahlah dengan istilah Perang salib. Orang-orang kafir membunuh umat Islam, merampas hartanya, mengasingkan mereka dari Islam, mengasingkan mereka dari nabinya, mengasingkan mereka dari sejarah kejayaan Islam. Apa yang dihadirkan penjajah kepada umat Islam adalah tokoh-tokoh kafir, tokoh fiktif sehingga menyebabkan rusaknya akhlak generasi muda, hancurnya kejayaan umat Islam, hancurnya teladan mereka, hilang dan mereka tidak merasakan kehebatan Islam.

 Menyadari semakin memburuknya keadaan masyarakat yang semakin menjauh dari Islam dan kurang semangat memperjuangkan agamanya, para cendekiawan dan tokoh-tokoh Islam mencari solusi untuk menghidupkan kembali kejayaan Islam, bagemana caranya umat islam bisa melepaskan mereka dari cengkraman Tentara Salib. Diantaranya seorang raja bernama Al-Malik Mudhafaruddin (Raja Himsiyyah), mengundang para ulama dan masyayikh ke istana untuk berdiskusi tentang cara mengangkat umat Islam, membebaskan diri dari penjajah dan membangkitkan cinta kasih yang baik di kalangan generasi muda islam dan umat Islam pada umumnya.Tanamkan kembali akan cinta pada Rasulullah, agar mereka mau meneladaninya.

 Setelah melalui musyawarah para ulama, akhirnya diusulkan untuk diadakan perayaan peristiwa sejarah dalam Islam, termasuk hari lahir Nabi Muhammad saw yang kemudian menjadi bahan kampanye besar-besaran dengan  mengundang para penyair untuk menulis puisi pujian kepadaNabi, serta para ulama dan mubaligh yang bertugas, untuk menceritakan kisah Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam. Al-Malik Mudhafaruddin menyambut antusias usulan tersebut. Namun ada pula yang tidak sependapat, dengan alasan  peringatan tersebut tidak pernah dilakukan oleh Nabi, yang berarti  bid'ah.

 Menanggapi perbedaan pendapat tersebut, ulama yang hadir akhirnya menjawab bahwa menurut penjelasan bid’ah, tidak semua orang adalah bid’ah. Menurut Imam al-Iz Abdussalam, Ibnu Atsar menjelaskan  ada bid'ah dhalalah dan bid'ah hasanah. Bid'ah dhalalah (sesat) adalah bid'ah yang tidak mempunyai dasar hukum dan tidak ada perintah  syariat, sedangkan bid'ah hasanah adalah  amalan tatanan dasar yang  sudah ada sejak Nabi Muhammad saw, namun teknisnya tidak ditentukan secara langsung. dan tidak termasuk dalam ibadah mahdah muqayyadah (ibadah murni  yang telah ditentukan waktu dan tatacaranya sudah terikat oleh syariat).

 Seperti yang sering dijelaskan, ada dua jenis ibadah.

 Pertama, ibadah mahdah muqayyadah adalah ibadah yang murni dengan tata cara yang saling terkait dan tidak dapat diubah, karena perintah dan teknis pelaksanaannya  langsung dicontohkan oleh Nabi, misalnya shalat dan haji  harus sesuai dengan apa yang telah dicontohkan oleh Nabi.

 Kedua, ibadah muthalaqah ghoiru muqayyadah, yaitu ibadah mutlaq, yang tata caranya tidak terikat, ada perintahnya sedangkan teknik pelaksanaannya tergantung masing-masing orang. Seperti halnya dzikir, perintahnya  ada tetapi teknisnya tidak ditentukan. sebagaimana firman Allah SWT:

فَاذْكُرُواْ اللّهَ قِيَاماً وَقُعُوداً وَعَلَى جُنُوبِكُمْ

Artinya: Berdzikirlah kalian dalam keadaan berdiri duduk, dan berbaring. (QS an-Nisa). 

 Dzikir itu ada perintah, tapi secara teknis terserah kita mau memutuskan, duduk, berdiri, tiduran di rumah, di masjid sendirian, bersama-sama, mengucapkannya pelan atau keras, tidak ada batasannya, tergantung  situasi dan kondisi. Asal tidak melanggar ketentuan hukum syariat islam yang berlaku. membaca sholawat Nabi juga diperintahkan, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Quran:

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً

Artinya: Sesungguhnya Allah dan malaikat bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS al-Ahzab: 56).

 Perintah membaca shalawat itu ada. sedangkan teknisnya tergantung kita masing-masing. Baik panjang atau pendek, dalam bentuk prosa atau puisi, yang penting mendoakan kepada Rasulullah. hal Ini juga termasuk dakwah, Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:

ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik. (QS an-Nahl: 125)

 Mendakwahkanlah kamu sekalian ke jalan Allah SWT melalui hikmah dan mauidah hasanah atau nasehat yang baik. Perintahnya ada, teknis pelaksanaannya tergantung kita, bisa dalam bentuk kajian umum, kajian rutin di masjid, atau di media TV, radio, koran, majalah, diskusi atau seminar yang berisi dakwah.

 Dalam hal tersebut Semua dipersilakan, yang penting motivasi dan misi dakwahnya. Perayaan Maulid Nabi yang diisi dengan bersholawat kepada Nabi, kajian umum, diskusi kesadaran  Islam, membaca riwayat Nabi, amal shaleh, bakti sosial, khitanan  dan lain-lain,ini semua merupakan ibadah yang mutlak, ghairu muqayadah, atau ibadah yang bersifat mutlak dan tidak terikat aturan. Terserah kita mau bagaimana urutannya.

 Oleh karena itu, mengadakan perayaan Maulid Nabi yang diisi dengan bacaan salawat,pengajian umum dan amal shaleh lainya bukanlah bid'ah yang dhalallah, melainkan muhtasan amrum, yakni merupakan “sesuatu yang dianggap baik” dan jika dilakukan dengan ikhlas untuk kebaikan. dari Allah maka kamu akan mendapat pahala dari Allah SWT. Senada, Sayyid Alwi Al-Maliki al-Hasani menjelaskan dalam bukunya Mukhtashar Sirah Nabawiyah: Bahwa Merayakan Maulid Nabi bukanlah sebuah bid'ah yang dholallah, melainkan  perbuatan sesuatu yang positif.

 Pada akhirnya para ulama yang hadir bersama Al-Malik Mudhafaruddin dalam pertemuan tersebut memutuskan bahwa memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw diperbolehkan. Setelahnya, Al-Malik Mudhafar secara pribadi menyumbangkan 100 ekor unta dan sekian ton gandum untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad saw. Setiap daerah diundang para penyair untuk menulis puisi pujian dan shalawat kepada Nabi Muhammad saw. Buku-buku yang bertahan hingga saat ini antara lain yang ditulis oleh Syekh al-Barzanji dan Syekh Addiba'i.

 Ternyata perayaan Maulid Nabi Muhammad saw begitu ampuh menyadarkan umat Islam akan rasa cintanya kepada Nabi sehingga seorang pemuda bernama Salahudin Al-Ayyubi mengumpulkan generasi muda, melatih fisiknya, disadarkan kecintaan mereka kepada Rasulullah, dan mengajak mereka untuk memerdekakan diri dari penjajahan Tentara Salib. Pada akhirnya, tentara  Islam dengan panglima Salahudin al-Ayyubi memenangkan perang salib pada tahun 580 H. Sejak tahun itu, negara-negara Muslim lainnya memperingati kelahiran Nabi Muhammmad shollallohu 'alaihi wasallam.

 Semoga dengan perayaan Maulid Nabi ini, hati kita semakin bertambah rasa cinta kita kepada Nabi saw. Dengan rasa cinta kepada Rasulullah, kita akan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya dan kita termasuk orang yang hidup sesuai Sunnah Nabi saw Seperti yang dia sabdakan:Mereka yang menghidupkan sunnahku maka dia berarti mencintaiku, dan siapa yang mencintaiku akan bersamaku di surga.

 Semoga kita kelak dipertemukan bersama dengan Rasulullah di surganya Alloh SWT. Amin ya, Rabbal alamin. 


Posting Komentar untuk "SEJARAH AWAL MULA PERINGATAN MAULID"