Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

PEMIMPIN YANG AMANAH DIHARAPKAN ALLOH

 

PEMIMPIN YANG AMANAH DIHARAPKAN ALLOH DAN ROSULULLOH

Di antara tugas kita sebagai pemimpin adalah menunaikan amanah dengan sebaik-baiknya. Amanah yang diemban dari orang-orang yang memberikan amanah itu kepada kita. Dalam konteks paling kecil, tentu amanah itu diberikan oleh diri kita kepada kita sendiri, sebagai manusia, sebagai khalifah di bumi.

Dalam konteks yang lebih luas lagi, kita menjadi pemimpin di keluarga, di kelas, di kantor, ataupun di organisasi. Apalagi dalam tahun-tahun politik ini, kita semua penting untuk mengingatkan calon-calon pemimpin kita untuk tidak hanya memegang amanah yang kita titipkan kepada mereka, tetapi juga menunaikannya kepada kita sebagai rakyat yang diwakili, sebagai rakyat yang menjadi tuan bagi mereka.

Allah swt mengingatkan hal tersebut dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa' ayat 58 berikut.

۞ اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُكُمْ اَنْ تُؤَدُّوا الْاَمٰنٰتِ اِلٰٓى اَهْلِهَاۙ وَاِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ اَنْ تَحْكُمُوْا بِالْعَدْلِ ۗ اِنَّ اللّٰهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهٖ ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ سَمِيْعًاۢ بَصِيْرًا

 Artinya, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada pemiliknya. Apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia, hendaklah kamu tetapkan secara adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang paling baik kepadamu. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

Imam Ibnu Jarir al-Thabari menjelaskan bahwa sesungguhnya ayat tersebut ditujukan kepada para pemegang urusan orang-orang Muslim. Mereka harus menunaikan, melaksanakan apa yang telah orang-orang Muslim itu amanahkan kepada mereka, baik berupa hak-haknya, hartanya, dan lain sebagainya.

Imam Thabari juga menegaskan bahwa ayat tersebut menjelaskan agar para pemimpin ini tidak menzalimi para pemilik amanah itu. Tidak pula boleh menyelewengkan apa-apa yang telah diamanati kepada mereka. Pun mengambil sesuatu dari amanah itu tanpa izin dari sang pemilik amanah tersebut. Kalaupun harus menghukum, tentu harus dengan hukum yang adil.

Di tataran pemerintahan, tentu para calon-calon pemimpin terpilih harus menunaikan segala apa yang menjadi harapan dan cita-cita dari mereka para pemilih, yaitu rakyat, masyarakat, kita semua. Di tingkat sekolah, sebagai kepala harus memenuhi harapan siswa, orang tua siswa, dan guru-guru di dalamnya. Di tingkat desa, kepala juga harus memenuhi amanah yang dititipkan warganya. Di tingkat keluarga, pun harus dapat mencukupi kebutuhan mereka. Hatta dalam konteks pribadi, kita harus menunaikan amanah harapan yang kita cita-citakan.

Menjelaskan hal tersebut, ada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan lainnya sebagai berikut.

أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: أَدِّ الْأَمَانَةَ إِلَى مَنْ ائْتَمَنَكَ، وَلَا تَخُنْ مَنْ خَانَكَ

 Artinya, Rasulullah saw bersabda, “Tunaikanlah amanah kepada orang yang memberikan amanah. Dan janganlah mengkhianati orang yang mengkhianatimu:”(HR  Imam- Ahmad).

Menurut Imam Ibnu Katsir, hadits di atas berlaku umum kepada semua manusia atas amanah yang wajib bagi mereka, baik terhadap hak-hak mereka kepada Allah swt, maupun hak-hak orang terhadap orang lainnya.

Posting Komentar untuk "PEMIMPIN YANG AMANAH DIHARAPKAN ALLOH "