Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

JAGA LISAN DENGAN BAIK


MENJAGA LISAN YANG BAIK

Diantara ayat yang mengisyaratkan hal tersebut adalah firman Allah swt.

إِذْ يَتَلَقَّى الْمُتَلَقِّيَانِ عَنِ الْيَمِينِ وَعَنِ الشِّمَالِ قَعِيدٌ (17) مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ (18)

 “[Yaitu] ketika dua malaikat mencatat amal perbuatanya, yang satu duduk di sisi kanan dan yang lain di sisi kiri. tiada suatu ucapanpun yang diucapkanya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir:"( QS Qoof: 17-18).

 Ingatlah, semuanya akan direkam, termasuk ucapan  lisan kita.

Selama berpuasa, kita diperintahkan untuk mejagai lidah kita. seperti di dalam Hadits yang berbunyi: 2

مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ

 “Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta, namun mengamalkannya, maka Allah  tidak butuh dari rasa lapar yang dia tahan:"(HR. Bukhari, no. 1903).

As-Suyuti mengatakan  as Azuur adalah berkata berbohong dan memfitnah (Bukhtan). Sedangkan melakukannya berarti melakukan perbuatan keji yang akibatnya diharamkan oleh Allah. (Syarh Sunan Ibnu Majah, 1:121, Maktabah Syamilah)

 Dosa apa saja yang disebabkan oleh lisan?

1. Pertama: Kebohongan

 Ibnu Mas'ud berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:3

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

 "Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur. karena sesungguhnya Kejujuran membawa akan mengantarkan pada kalian  kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur ​​dan berusaha untuk jujur, maka dia akan di catat di sisi  Allah sebagai orang yang jujur. hati-hatilah kalian dari berbuat dusta karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta,maka ia akan dicatat di sisi Alloh sebagai pendusta:"(HR muslim :2607).

 2. Kedua: Ghibah

 Ghibah membicarakan orang lain, kata Imam Nawawi adalah menyebutkan  membicarakan keburukan orang lain ketika tidak hadirnya dalam pembicaraan sesorang tersebut.(Syarh Shahih Muslim, 16:129).

Dalam Al-Azkar (hal. 597), Imam Nawawi rahimahullah mengatakan: “Ghibah adalah hal yang sangat buruk, tapi menyebar di masyarakat.” Yang bisa selamat dari tergelincirnya lisan seperti ini hanyalah sedikit. Ghibah memang membicarakan sesuatu yang ada pada orang lain, tetapi yang diceritakan adalah sesuatu yang ia tidak suka untuk diperdengarkan pada orang lain. Sesuatu yang diceritakan bisa jadi pada badan, agama, dunia, diri, akhlak, bentuk fisik, harta, anak, orang tua, istri, pembantu, budak, pakaian, cara jalan, gerak-gerik, wajah berseri, kebodohan, wajah cemberutnya, kefasihan lidah, atau segala hal yang berkaitan dengannya. Cara ghibah bisa jadi melakui lisan, tulisan, isyarat, atau bermain isyarat dengan mata, tangan, kepala atau semisal itu.”

 Dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu, Rasulullah shallallahu `alaihi wasallam bersabda, 4

« أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ ». قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ « ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ ». قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِى أَخِى مَا أَقُولُ قَالَ « إِنْ كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدِ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ بَهَتَّهُ »

 “Tahukah engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata, “Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu `alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai, berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim, tidak. 2589).

3:Ketiga: Namimah (suka mengadu domba).

 “Namima mengutip perkataan orang lain dengan maksud untuk kerusakan,” kata Imam Nawawi, “Namimah sejelek-jelek perbuatannya.”

Dari Ibnu Abbas Radhiyallohu 'anhuma,ia menceritakan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wasalam suatu ketika pernah melewati sudut kota Madinah atau Mekkah, lalu beliau mendengar suara dua orang sedang diazab di kubur beliau pun bersabda: 5

يُعَذَّبَانِ، وَمَا يُعَذَّبَانِ فِي كَبِيرٍ، بَلَى، كَانَ أَحَدُهُمَا لاَ يَسْتَتِرُ مِنْ بَوْلِهِ، وَكَانَ الآخَرُ يَمْشِي بِالنَّمِيمَةِ

 “Mereka berdua disiksa. Mereka menganggap bahwa itu bukan perkara besar,tetapi sesungguhnya itu perkara besar.orang yang pertama disiksa karena tidak menutupi diri ketika kencing.adapun yang kedua disiksa karena suka mengadu domba (namimah).(HR. Buhari No. 216 dan Muslim 292).

4. Keempat: Mengolok-olok Orang Lain (Istihza`)

 Allah Subhanahu wata'ala berfirman: 5

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِنْ قَوْمٍ عَسَى أَنْ يَكُونُوا خَيْرًا مِنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِنْ نِسَاءٍ عَسَى أَنْ يَكُنَّ خَيْرًا مِنْهُنَّ

 “Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain. boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka.”Dan Jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainya. boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik:"(QS Al Hujurat :11).

 Sifat melecehkan dan merendahkan martabat termasuk dalam kategori kesombongan,

 sebagaimana sabda Nabi shollallohu 'alaihi wasallam:. 7

الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

 “Kesombongan adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim :91).

Meremehkan orang lain adalah suatu yang diharamkan karena bisa jadi yang diremehkan lebih mulia di sisi Alloh. seperti yang disebutkan dalam ayat di atas,(Tahsir al-Quran al-Azhim, 6:713).

5. Kelima: Niyahah (Meratapi Orang Mati)

 Niyahah adalah saat seseorang berduka atas kematian dan menghitung amal kebaikannya. Ada pula yang menafsirkan niyahah berarti menangis sekeras-kerasnya untuk meratapi kematian orang yang meninggal, atau meratapi bahwa mereka telah lenyap dalam kemewahan dunia ini. Niyahah adalah tindakan terlarang. Demikian penjelasan penulis 'Anul Ma' Bud dalam menjelaskan arti Niyahah. “Lihat Aunul Ma`bud, 8:277.

Niyaha mencakup larangan hukumanya (siksa) di akhirat, bahkan termasuk dosa besar. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Malik al-Asy'ari Radhiyallohu 'anhu, Rasulullah Shollallohu 'alaihi wasallam  bersabda: Umatku mempunyai sifat jahiliah yang sulit ditinggalkan, yang didalamnya terkandung dalam empat hal yang menjadi bagiannya:(1) membangga-mbanggakan kebesaran leluhurnya, (2) mencela keturunan; (3) mengaitkan turunya hujan pada bintang tertentu; dan (4) meratapi mayit (niyahah).lalu beliau bersabda,"Orang yang melakukan niyahah bila mati sebelum ia bertaubat,maka dia akan dibangkitkan pada hari kiamat dan ia di kenakan pakaian yang berlumuran dengan cairan tembaga serta mantel yang bercampur dengan penyakit gatal:"(HR  Muslim :934).

6. Keenam: Suka berdebat

 Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: 8

أَبْغَضُ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الأَلَدُّ الْخَصِمُ

 “Orang yang paling di benci oleh Allah adalah orang yang paling keras debatnya”(HR. Bukhari, 4523; Muslim, 2668). Orang dimaksud yang paling dibenci di sini adalah orang yang berdebat dengan cara yang keras tanpa ilmu data dan dasar. 

7.Ketujuh Suka memuji secara berlebihan

 dARI Abu Ma'mar dia berkata, "ada seorang  pria berdiri dan memuji salah satu gubernur.".Miqdal (Ibnul Aswad) lalu menyiramkan pasir ke wajahnya dan berkata:

أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ نَحْثِىَ فِى وُجُوهِ الْمَدَّاحِينَ التُّرَابَ

 “Kami diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu `alaihi wasallam untuk melemparkan pasir ke wajah orang-orang yang memuji.”(HR  Muslim No.3002). Larangan memuji berlebihan karena di khawatirkan menimbulkan difitnah bagi yang dipuji'.

” Imam Nawawi Rahimahulah berkata: Sebagian ulama mengamalkan seperti ini. Sesuai dengan hakikat hadis, jika seseorang memuji di depan wajahnya, maka mereka melemparkan debu di wajahnya sesuai hakikat hadits tersebut.sedangkan Ulama lainya menafsirkan hadis tersebut sebagai kiasan bahwa“Taburkan Pasir” pujian mereka di tolak mentah-mentah dan tidak kita terima pujianya,Ada juga yang berpendapat, ketika dipuji, hendaknya ingatlah bahwa kamu adalah manusia yang berasal dari tanah maka bersikaplah rendah diri (Tawadhu') jangan merasa ujub (bangga diri). Namun penafsiran terakhir ini lemah. (Syarh Shahih Muslim, 18:106-107).

 Bagaimana cara menghilangkan dosa lisan

 Bertaubat kepada Allah: (1) menyesal, (2) berhenti dan kembali ketaatan, (3) bertekad untuk tidak mengulangi perbuatan yang sama, (4) mengupayakan kehalalan dari orang yang dizalimi,menyebut kebaikan kebaikan orang yang dicela,dan bertaubat kepada Alloh subhanahu wata'ala.   

  Kenali kejahatan dosa melalui kata-kata dari lisan. 

 Mengetahuai dosa-dosa  lisan akan menghapus kebaiknya di hari kiamat.

Hindari perkumpulan yang mengandung kata-kata kotor seperti fitnah,ghibah,namimah, kebohongan,mencela,mencaci,menhasut,dan mengejek. dan  jangan sampai hal itu mendorong pada dosa dan dicap melanggar batas.

Semoga Allah memberi  taufiq-hidayah pada kita semua untuk menjaga mulut. Semoga Allah mengampuni kesalahan kita karena kesalahan mulut kita semua.


Posting Komentar untuk "JAGA LISAN DENGAN BAIK"