Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Kenapa Kita Harus Memuji Alloh



SEMUA PUJIAN ADALAH MILIK ALLOH PENCIPTA ALAM DAN SEISINYA

 Allah SWT, Pencipta alam semesta, telah memberkati kita untuk memudahkan aktivitas dan ibadah kita dimuka bumi ini. Semoga kita menjadi umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan diberikan kesejahteraannya. Kita bisa selamat di dunia ini dan di akhiratnya kelak.

Luangkan waktu hari ini untuk merenungkan salah satu isi kitab suci kita,yaitu Kitab Al-Quran. Diantara surah yang sering kita renungkan adalah surah pendek yang banyak dibaca oleh kita. Salah satu surah tersebut adalah Surah al-Ma'aun. Surat ini ditulis tentang orang-orang yang tidak mau menunaikan hak Allah dan hak orang lain.

 Allah Subhanahu wata'ala berfirman:

أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (1) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (2) وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (3) فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (6) وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ (7)

 Artinya:"Tahukah kamu (orang) yang mendustakan hari pembalasan? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya’  dan enggan (menolong dengan) barang berguna:"(QS Al Maa’uun :1-7).

 Perhatikan bahwa surah ini berbicara tentang hak Allah,yaitu beriman kepada Hari Pembalasan(tidak mendustakanya),menjaga sholat,dan tidak riya.dan hak sesama adalah menyayangi anak yatim, memberi makan orang fakir miskin, dan membantu orang lain dengan hal yang bermanfaat.

Ciri-ciri yang mengabaikan hak-hak Allah di sebutkan dalam ayat:

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ (4) الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ (5)

 Artinya:"Celakalah orang-orang yang shalat (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya:"(QS Al Ma’uun :4-5).

Ibnu Abbas berkata, "Yang dimaksud lalai di sini adalah tentang orang-orang munafik, shalat ketika ada orang." Dan ketika sendirian enggan untuk shalat. (Tafsir Al-Quran al-Azhim, 7:662).

 Dalam ayat ini yang dimaksud dengan لِلْمُصَلِّينَ (Lilmusholin) adalah bagi orang yang  terbiasa dengan shalatnya, Rajin dengan shalatnya tapi mereka lalai.

Tidak mengerjakan sholat sama sekali.

Tidak mengerjakan sholat dalam waktu yang ditentukan oleh syareat Islam, malah  mengerjakan di luar waktu sholat yang telah ditentukan (Syariat Islam).

 Mengerjakan sholat di akhir waktu shalat,sampai-sampai sudah masuk waktu shalat berikutnya tanpa ada udhur menurut syareat islam, selalu ia lakukan secara terus menerus (selamanya).

Tidak memenuhi rukun dan syarat sahnya sholat yang telah ditetapkan.

 Dalam pengertian lain, shalatnya tidak khusyuk dan tidak mencerminkan apa yang dibaca didalam shalatnya. Antara dia yang rajin shalat dan dengan orang tidak sholat sama sekali sholat sifat dan akhlaknya sama saja (tidak ada bedanya).

 Lalai dari shalat mencakup semua makna tersebut di atas. Orang dengan kepribadian seperti ini dianggap lalai di dalam sholatnya.  maka sempurnalah kecelakaan untuknya. dan semakin sempurna nifak amali baginya:"(Lihat Tafsir Al-Quran al-Azhim, 7:662-663).

Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjalankan shalat bagi seluruh umat Islam. Apalagi seperti yang dikatakan Syekh As-Sa'adi Rahimahulah, shalat itu adalah ketaatan dan bentuk kurbah yang paling penting.Bahkan shalat lebih penting dari pada puasa, namun sayangnya umat Islam kadang lebih memilih puasa dibandingkan shalatnya dan puasa dianggap lebih utama dari shalat.

 Coba  kita perhatikan Apakah semua orang yang berpuasa itu mau melakukan shalat lima waktu? pada kenyataanya mungkin juga tidak.walapun tidak semuanya seperti itu.

 Lihat bahayanya orang yang meninggalkan shalat, sebagaimana tercantum dalam hadits di bawah ini. Abdullah Bin, Amr bin Al-Ash Radiyallahu 'anhuma dan Nabi Shallalahu 'alaihi wasalam pernah menceritakan tentang sholat. 

Rosululloh shollallohu 'alaihi wasallam bersabda:

مَنْ حَافَظَ عَلَيْهَا كَانَتْ لَهُ نُوراً وَبُرْهَاناً وَنَجَاةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمَنْ لَمْ يُحَافِظْ عَلَيْهَا لَمْ يَكُنْ لَهُ نُورٌ وَلاَ بُرْهَانٌ وَلاَ نَجَاةٌ وَكَانَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَعَ قَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَأُبَىِّ بْنِ خَلَفٍ

 Artinya:"Barangsiapa yang mendirikan shalat, maka ia akan mendapat cahaya, petunjuk, dan keselamatan di hari kiamat." Barang siapa yang mengabaikannya, ia tidak akan mendapat cahaya, petunjuk, dan keselamatan di kemudian hari. Pada hari kiamat dia akan dikumpulkan bersama Qarun, Fir'aun, Haman dan Ubay bin Halaf:"(HR Ahmad 2:169). Syekh Syu'aib al-Arnaut mengatakan bahwa sanad hadis ini adalah Hasan).

Ibnul Qayyim rahimahullah menyatakan bahwa orang yang meninggalkan shalat biasa sibuk dengan hal-hal duniawinya seperti harta benda, kerajaan, kekuasaan, dan perdagangan. Semoga kita tidak termasuk orang-orang yang meninggalkan shalat. Aamiin.

Kelak mereka yang meninggalkan shalat akan dikumpul bersama orang-orang di bawah ini.

 *Orang-orang yang sibuk dengan hartanya dan melalaikan shalat maka akan berkumpul bersama Qorun. 

 *Orang-orang yang sibuk dengan kerajaanya dan melalaikan shalatnya maka kelak akan dikumpulkan bersama Fira'un. 

 * Mereka yang sibuk dengan kekuasaanya dan tidak shalat maka kelak akan dikumpulkan bersama Haman (Menterinya Fir'aun).

*Orang-orang yang selalu sibuk dengan pekerjaanya  dan melalaikan shalat maka kelak akan berkumpul bersama Ubay bin Khalaf.

 Lihat Ash-Shalah wa Hukmu Taarikihaa, halaman 37-38.

Dan besok, di penghujung Yaumil akhirat, perbuatan sholatlah yang pertama kali akan dimintai pertanggungjawabannya kelak.

Nabi Shallallahu 'alaihi Wasalam bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَاِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِر. الحديث

 Artinya:"Sesungguhnya  seorang hamba yang pertama kali dimintai pertanggung jawaban amalnya di hari kiamat adalah sholatnya. Jika shalatnya baik, niscaya ia akan beruntung dan sukses.” Jika shalatnya rusak, maka ia menjadi orang yang merugi:"(HR Abu Dawud, An Nasai dan At-Tirmidzi).



Posting Komentar untuk "Kenapa Kita Harus Memuji Alloh"