Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

TARUHLAH MUSHAF DI ATAS

 


HUKUM MENARUH MUSHAF DI LANTAI

Alloh SWT berfirman.

لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ

 Artinya:"Tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan:"(QS. Al Waqi’ah: 79).

Begitu pula sabda Nabi ‘alaihish sholaatu was salaam,

لاَ تَمُسُّ القُرْآن إِلاَّ وَأَنْتَ طَاهِرٌ

 Artinta:"Tidak boleh menyentuh Al Qur’an kecuali engkau dalam keadaan suci:"( HR. Al Hakim).dalam Al Mustadroknya, beliau mengatakan bahwa sanad hadits ini shohih.

Buku (Mushaf Al-Qur’an), merupakan satu hal yang sangat istimewa.

Kalo di lihat secara hukum asal,sebuah jilidan kertas tidak mempunyai nilai sakralitas sama sekali. Begitu pula tinta. Goresan-goresan tinta di mana pun berada, tidak punya nilai kehormatan tertentu. Namun, kondisi biasa-biasa saja itu secara otomatis “naik kelas” ketika kertas dan goresan itu berkaitan langsung dengan tulisan Arab yang memuat nama-nama Alloh yang diagungkan yaitu Al-Qur’an.   Imam Nawawi dalam kitabnya di Al-Majmu’ menegaskan, ulama telah sepakat bahwa hukum menjaga dan menghormati mushaf Al-Qur’an adalah wajib. Bahkan kalau ada orang yang sampai berani dengan sengaja membuang mushaf di tempat yang kotor, bisa menjadi kafir karena ia telah menghina Al-Qur’an:  

 أَجْمَعَ الْعُلَمَاءُ عَلَى وُجُوبِ صِيَانَةِ الْمُصْحَفِ وَاحْتِرَامِهِ فَلَوْ أَلْقَاهُ وَالْعِيَاذُ بِاَللَّهِ فِي قَاذُورَةٍ كَفَرَ

 Artinya:"Ulama telah sepakat atas kewajiban menjaga mushaf dan memuliakannya. Apabila ada orang yang dengan sengaja membuang Al-Qur’an di tempat kotor, ia menjadi kafir:"(Imam Nawawi, Al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab, (Darul Fikr), juz 2, hal. 71).  

 Apabila menghormati mushaf merupakan sebuah kewajiban, maka bagaimana hukumnya meletakkan mushaf di lantai bawah secara langsung tanpa meninggikan tempat sedikit pun? Syekh Sulaiman al-Bujairami menyatakan bahwa menaruh mushaf di lantai langsung hukumnya haram. Yang tepat, menurut beliau Al-Qur’an yang mulia seharusnya diletakkan di tempat yang menurut pandangan khalayak disebut sebagai tinggi walaupun ketinggiannya cukup sedikit dari tanah.

  وَيَحْرُمُ وَضْعُ الْمُصْحَفِ عَلَى الْأَرْضِ بَلْ لَا بُدَّ مِنْ رَفْعِهِ عُرْفًا وَلَوْ قَلِيلًا اهـ

 Artinya:"Dan haram meletakkan mushaf di atas bumi, bahkan wajib mengangkatnya di tempat yang tinggi menurut khalayak walaupun sedikit:” (Sulaiman al-Bujairami, Hasyiyah al-Bujairami:"(Darul Fikr:1995), juz 1, hal. 376).

Rosululloh Shollallohu’alaihi Wasallam tidak pernah meletakkan lembaran-lembaran Mushaf di lantai, bahkan ketika sejumlah orang Yahudi memberikan kepada beliau kitab Taurat, Rosululloh Shollallohu’alaihi Wasallam  meletakkan kitab Taurat tersebut di atas bantal.

أَتَى نَفْرٌ مِنْ يَهُودَ فَدَعُوا رَسُولَ الله صلى الله عليه وسلّم إلَى الْقُفِّ، فأتَاهُمْ في بَيْتِ المِدْرَاسِ، فقالُوا: يَا أبَا الْقَاسِمِ إنَّ رَجُلاً مِنَّا زَنَى بامْرَأَةٍ فاحْكُمْ بَيْنَهُمْ، فَوَضَعُوا لِرَسُولِ الله صلى الله عليه وسلّم وِسَادَةً فَجَلَسَ عَلَيْهَا ثُمَّ قالَ: ائْتُونِي بالتَّوْرَاةِ، فأُتِيَ بِهَا، فَنَزَعَ الْوِسَادَةَ مِنْ تَحْتِهِ وَوَضَعَ التَّوْرَاةَ عَلَيْهَا وقالَ: آمَنْتُ بِكَ وَبِمَنْ أنْزَلَكَ

 Artinya:" Beberapa orang yahudi datang dan mengundang Rosululloh Shollallohu’alaihi Wasallam untuk hadir ke Quff (tempat dekat Madinah), lalu beliau mendatangi mereka di tempat yang biasa mereka gunakan untuk mengaji. Mereka berkata, "Wahai Abul Qasim, seorang laki-laki di antara kami berzina dengan seorang wanita, maka tetapkanlah hukum bagi mereka."Mereka lantas memberi bantal Rosululloh saw untuk digunakan duduk, beliau pun duduk. Kemudian beliau minta diambilkan kitab Taurat, naskah Taurat itu lalu diberikan kepada beliau. Beliau menarik bantal yang didudukinya dan meletakkan Taurat tersebut di atasnya seraya bersabda: "Aku beriman kepadamu dan kepada Dzat Yang menurunkanmu:"(Sunan Abu Dawud, no.4443).

Dan Mayoritas ulama berpendapat bahwa memuliakan al-Qur’an merupakan kewajiban umat muslim. Anjuran memuliakan kalamulloh ini sejalan dengan sabda Rosululloh  berikut ini:

 عن عُمَرَ بْنَ عَبْدِ الْعَزِيزِ قَالَ: مَرَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكِتَابٍ في أرض، فقال لشاب من أهل هُذَيْلٍ: مَا هَذَا؟, قَالَ: مِنْ كِتَابِ اللَّهِ كَتَبَهُ يَهُودِيٌّ، فَقَالَ: “لَعَنَ اللَّهُ مَنْ فَعَلَ هَذَا, لَا تَضَعُوا كِتَابَ اللَّهِ إِلَّا مَوْضِعَهُ

 Artinya:"Dari Umar bin Abdul Aziz berkata, "Ketika Rosululloh shollallohu 'alahi wasallam berjalan ada kitab di tanah, beliau bertanya kepada pemuda dari ahlul Hudzail, "apa ini?" dia menjawab,"Ini kitabulloh yang ditulis oleh orang yahudi." Maka Rosul bersabda, "Semoga laknat Alloh atas orang yang melakukan ini, jangan meletakkan kitabulloh kecuali pada tempatnya:"(H Hakim,Tirmidzi).

Ada satu keterangan yang di bolehkannya meletakan mushaf karena sesuatu hal kedaruratan yaitu:

وأما وضع المصحف على الأرض الطاهرة الطيبة : فإن هذا لا بأس به ، ولا حرج فيه ؛ لأن هذا ليس فيه امتهان للقرآن ، ولا إهانة له ، وهو يقع كثيراً من الناس إذا كان يصلي ويقرأ من المصحف وأراد السجود يضعه بين يديه : فهذا لا يعدُّ امتهانا ، ولا إهانة للمصحف ، فلا بأس به

 Artinya:"Sementara meletakkan mushaf di tanah yang baik dan suci, hukumnya dibolehkan dan tidak masalah. Karena ini tidak terhitung menghina Al-Qur’an. Dan ini banyak terjadi di masyarakat, ketika mereka sholat sambil membaca mushaf, ketika hendak sujud mereka letakkan di depannya. Ini tidak termasuk penghinaan atau menghina (meremehkan )_Al-Qur’an. sehingga tidak masalah:"(Syarah Riyadhus Sholihin, 1/423).

Posting Komentar untuk "TARUHLAH MUSHAF DI ATAS"