Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

KENAPA KITA HARUS BERSYUKUR


 PANDALAH BERSYUKUR KEPADA ALLOH SUBHANAHU WATA'ALA

Alloh SWT berfirman:

وَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ

 Artinya:“ Dan barangsiapa bersyukur (kepada Alloh), maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri. Dan barangsiapa tidak bersyukur (kufur), maka sesungguhnya Alloh Mahakaya, Maha Terpuji:" (QS Luqman :12).

Tidak ada yang menjadi tugas kita (beribadah), kecuali memuji Alloh (berdzikir),atas apa yang telah diberikan kepada kita. Pujian kita kepada-nya menandakan keridoan kita atas limpahan rezeki-nya, dan tidak ada balasan dari keridoan seseorang kepada Alloh, kecuali kemenangan yang besar. Lihatlah bagaimana Nabi shollalloh ‘alaihi wasallam mengajarkan kepada kita, untuk rido kepada Alloh SWT dengan senantiasa memuji-nya atas segala limpahan nikmat dan karunia-nya kepada kita. Bahkan, terhadap makanan dan minuman yang kita makan setiap harinya.

إنَّ اللَّهَ لَيَرْضَى عَنِ العَبْدِ أَنْ يَأْكُلَ الأكْلَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا، أَوْ يَشْرَبَ الشَّرْبَةَ فَيَحْمَدَهُ عَلَيْهَا

 Artinya:“ Sesungguhnya Alloh rido kepada hamba yang menyantap makanan lalu memuji Alloh atas makanan itu, atau minum lalu memuji Alloh atas minuman itu.” (HR. Muslim no.2734).

Sesungguhnya di antara kemuliaan seseorang, saat ia sudah di penghujung  waktu adalah  mengintrospeksi dan mengoreksi dirinya atas amalan apa yang telah diperbuat dan amalan apa yang telah terlewat. Demikian juga dengan waktu yang telah Alloh berikan, sudahkah ia manfaatkan ataukah ia sia-siakan waktunya Karena.

Nabi saw pernah mengatakan:

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ 

 Artinya:“ Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan angan kepada Alloh.” (HR. Tirmidzi no. 2459, beliau mengatakan hadits ini hasan).

Ketahuilah, sesungguhnya kunci kesuksesan orang-orang terdahulu maupun untuk generasi yang akan datang adalah tidak menunda-nunda dalam beramal. Apa yang bisa kita kerjakan di hari tersebut, maka tidak kita tinggalkan untuk dikerjakan esok harinya. Karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari.

Sebagaimana Alloh SWT berfirman:

وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا

 Artinya:"Tidak ada satu pun jiwa yang mengetahui apa yang akan dia kerjakan besok.” (QS. Luqman: 34).

Dan Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam juga bersabda:

اغْتَنِمْ خَمْسًا قبلَ خَمْسٍ: شَبابَكَ قبلَ هِرَمِكَ ، وصِحَّتَكَ قبلَ سَقَمِكَ ، وغِناكَ قبلَ فَقْرِكَ ، وفَرَاغَكَ قبلَ شُغْلِكَ ، وحَياتَكَ قبلَ مَوْتِكَ

 Artinya:“ Manfaatkan dengan baik lima perkara sebelum (datangnya) 5 perkara, yaitu:(1)_Masa mudamu sebelum (datang) masa tua.(2)_Masa sehatmu, sebelum (datang) masa sakit.(3)_Masa mampumu sebelum datang masa fakir.(4)_Masa luangmu, sebelum datang masa sibuk.(5)_Masa hidupmu sebelum (datang) kematian:” (HR. Al-Hakim no.7846 dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 10248 dengan sanad yang sohih).

Dan beliau juga bersabda:

بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا

 Artinya:“ Bersegeralah melakukan amalan soleh sebelum datang fitnah (musibah) seperti potongan malam yang gelap. Yaitu, seseorang pada waktu pagi dalam keadaan beriman dan di sore hari dalam keadaan kafir. Ada pula yang sore hari dalam keadaan beriman dan di pagi hari dalam keadaan kafir. Ia menjual agamanya karena sedikit dari keuntungan dunia:” (HR. Muslim no. 118).

Dan peningkatan amal baik  tidak hanya dalam kuantitasnya saja,  tetapi usahakan lebih dalam peningkatan  kualitas amal ibadahnya.

Nabi shollallohu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:

إِنَّ اللهَ ـ عَزَّ وَجَلَّ ـ يُحِبُّ إِذَا عَمِلَ أَحَدُكُمْ عَمَلًا أَنْ يُتْقِنَهُ

Artinya:“ Sesungguhnya Alloh ‘Azza wa Jalla menyukai jika salah seorang kalian mengerjakan sesuatu amal, dia mengerjakannya dengan bersungguh-sungguh (profesional):” (HR. Thobroni no.275 dan As-Suyuti no.1855).

Dan sesungguhnya amalan yang paling dicintai Alloh SWT adalah yang dikerjakan secara konsisten walaupun sedikit jumlahnya. 

Rosululloh  bersabda:

 أحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى الله أَدْوَمُهَا وَ إِنْقَلَّ

 Artinya:" Amalan yang paling dicintai Alloh SWT yaitu yang dikerjakan secara terus-menerus walaupun sedikit:" (HR. Ahmad dan Muslim).

Hal ini tentu saja menunjukkan bahwa agama kita lebih mengutamakan kualitas sebuah amalan daripada kuantitasnya.

Syekh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rohimahulloh mengatakan, “Mengusahakan amalan agar sesuai sunah Nabi itu lebih utama dari memperbanyak amalan oleh karena itu,

Alloh SWT berfirman:

لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا

 Artinya:“ Supaya Alloh menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya:" (QS. Al Mulk :2).

Dalam ayat tersebut Alloh SWT tidak berfirman, "yang paling banyak amalannya’ tapi yang lebih baik amalnya (kualitas).”

Semoga Alloh menuliskan kita sebagai salah satu hamba-nya yang dapat bersyukur, mengisi hari-hari kita dengan ketaatan kepada Alloh SWT konsisten di dalamnya dan tidak menunda-nundanya. Semoga kita termasuk hamba-nya yang selalu mengutamakan kualitas amal daripada kuantitasnya, yaitu beramal dengan ikhlas mengharap ridho Alloh dan sesuai dengan tuntunan serta petunjuk dari Nabi  shollallohu ‘alaihi wasallam.

Posting Komentar untuk "KENAPA KITA HARUS BERSYUKUR"