Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

MEMPERTAHANKAN KUALITAS IBADAH SETELAH BULAN ROMADHON



MEMPERTAHANKAN KUALITAS IBADAH SETELAH BULAN ROMADHON SELESAI

Alloh SWT berfirman dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56;

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

Yang Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”

Seiring bulan suci Romadhon terlewati, kita tidak boleh dengan serta merta melupakannya seolah tiada kebaikan yang membekas dalam diri kita. Kita harus melakukan muhasabah atau introspeksi diri terhadap semua proses yang telah kita lewati selama Romadhon.

•Sebagai bulan penuh dengan keberkahan dan memotivasi kita untuk beribadah lebih, kita harus bertanya kepada diri sendiri: Sudahkah kita maksimal dalam beribadah di bulan Romadhon baik dari sisi kuantitas maupun kualitas? Selanjutnya, apakah kita bisa meningkatkan, atau minimal mempertahankan semangat kita beribadah di bulan-bulan setelah Romadhon?

*Pertanyaan ini sangat penting sebagai upaya mengingat kekurangan-kekurangan pada masa lalu untuk diperbaiki pada masa yang akan datang. Alloh SWT sudah memerintahkan kita untuk senantiasa melakukan upaya introspeksi diri dalam proes perjalanan hidup kita dengan sebuah firman-nya:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ

Yang Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Alloh. Sesungguhnya Alloh Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr :18).

•Dengan spirit yang dibawa oleh ayat ini, sudah semestinya kita tidak mengendurkan semangat kita dalam beribadah dari sisi kuantitas maupun kualitas. Terlebih memasuki bulan Syawal yang menjadi tonggak pertama perjuangan untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat beribadah pasca-Romadhon.

•Peningkatan amal ibadah ini juga tidak harus dilakukan dengan jumlah yang dipaksakan secara tiba-tiba. Namun akan lebih baik jika ibadah dilakukan dengan istiqamah dan rutin walaupun dalam jumlah yang sedikit.

*Istiqamah dalam ibadah ini telah diingatkan oleh Rosululloh saw dalam haditsnya*:

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ (أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)ـ

Yang Artinya: “Sebaik-baik perbuatan menurut Alloh adalah yang dirutinkan meskipun sedikit” (HR. Bukhori dan Muslim).

•Bulan Syawal menjadi momentum tepat untuk menjaga diri dari predikat dan status yang telah kita raih setelah berjuang di bulan Romadhon. Selain predikat ketakwaan yang telah dijanjikan Alloh bagi orang-orang beriman yang benar-benar menjalankan ibadah puasa dengan baik, kesucian diri seperti bayi yang terlahir kembali ke dunia, juga akan diraih orang yang berpuasa.

*Hal ini sudah ditegaskan oleh Nabi Muhammad saw dalam sabdanya:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Yang Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Romadhon dilandasi oleh iman dan introspeksi diri, maka dosanya yang telah berlalu akan diampuni oleh Alloh SWT.” (HR. Bukhori Muslim).

Alangkah mulianya dua predikat yang didapat seseorang setelah berpuasa di bulan Romadhon. Alangkah sayangnya jika predikat ini tidak dipertahankan dengan baik dan disia-siakan begitu saja. Sangatlah rugi bagi kita yang tidak bisa mempertahankan ketakwaan dan kesucian pasca-Romadhon ini.

*Ketakwaan sendiri merupakan status yang paling mulia yang disematkan kepada hamba-nya di sisi-nya. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat Ayat 13:

يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ 

Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Alloh adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui lagi Mahateliti.”

*Dengan status ketakwaan dan kesucian yang telah menjadi bagian dari hasil puasa, harus dipertahankan agar kita tidak termasuk orang-orang yang merugi. Rosululloh saw bersabda:

مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ

Yang Artinya: “Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).” (HR Al-Hakim).



Posting Komentar untuk "MEMPERTAHANKAN KUALITAS IBADAH SETELAH BULAN ROMADHON"